Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mohammad Bondan, Pejuang Kemerdekaan yang Nyaris Jadi Konglomerat

Kompas.com - 08/08/2023, 16:51 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang dilakukan oleh aktivis politik Indonesia, Mohamad Bondan, di Australia juga mempunyai sisi romantis.

Di Negeri Kanguru itu dia menemukan belahan hatinya, Molly Warner. Keduanya bertemu saat Bondan yang gigih menggerakkan organisasi Central Komite Indonesia Merdeka (CENKIM) buat mengabarkan kemerdekaan Indonesia, serta menjalin kontak dengan simpul-simpul pergerakan perjuangan yang tersebar di Amerika Serikat, India, Inggris, dan Mesir.

Bondan mulanya adalah salah satu dari sejumlah tahanan politik yang dibuang pemerintah Hindia-Belanda ke kamp Tanah Merah, Digul, Papua.

Dia berada di sana bersama Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir sampai 1942. Pemerintah Hindia-Belanda memindahkan Bondan dan sejumlah "alumnus" Digul ke Australia guna menghindari serangan Jepang.

Ketika itu, Molly adalah perempuan yang aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan yang terafiliasi dengan Partai Buruh Australia. Negaranya juga terancam jika Jepang menginvasi setelah menguasai Indonesia.

Baca juga: Negara yang Terlibat dalam Penyelesaian Agresi Militer Belanda II

Akan tetapi, hal itu tidak terjadi dan Jepang menyerah kepada Sekutu pada 2 September 1945.

Dia mendengar kabar tentang pergerakan CENKIM dan aksi mogok para pelaut Indonesia pada September 1945. Karena penasaran, Molly pun mendatangi sekretariat CENKIM di Brisbane.

Di sana dia bertemu dengan Bondan yang ketika itu menjabat sebagai Sekretaris Jenderal CENKIM. Molly pun menyatakan diri ingin menjadi relawan membantu CENKIM.

Selama terlibat di CENKIM, Molly tidak hanya bekerja sebagai juru catat, tetapi sesekali juga ikut turun ke jalan melakukan demonstrasi memprotes sikap pemerintah Hindia-Belanda yang berupaya kembali menduduki Indonesia.

Molly juga rajin menuliskan selebaran pro kemerdekaan Indonesia dan menyebarkannya kepada warga Australia. Selain itu, Molly juga melakukan siaran radio berbahasa Inggris melalui Radio Republik Indonesia dari Australia.

Baca juga: Proses Panjang Belanda Kembalikan Benda Seni dan Artefak ke Indonesia

Hubungan Bondan dan Molly kemudian berkembang dari urusan pekerjaan menjadi asmara.

Dalam buku Spanning a Revolution: the Story of Mohamad Bondan and the nationalist movement disebutkan, Molly dan Bondan menikah pada 1946.

Keduanya tetap bermukim di Australia sampai CENKIM dibubarkan pada 1947 setelah pembentukan Komisi Tiga Negara. Molly pun mengikuti sang suami yang pulang ke Indonesia.


Keduanya sempat tinggal di Yogyakarta setelah tiba dari Australia. Sebab saat itu Yogyakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia. Dari pernikahan itu Bondan dan Molly dianugerahi seorang anak lelaki bernama Alit Bondan.

Setelah di Indonesia, Bondan kemudian diberi jabatan sebagai Kepala Bagian Pelatihan Kementerian Pembangunan dan Pemuda pada Kabinet yang dipimpin Perdana Menteri Mohammad Hatta pada 1949. Setelah itu dia bekerja sebagai birokrat di Departemen Ketenagakerjaan sampai pensiun.

Baca juga: 4 Aktivitas di Taman Proklamasi, Lihat Tugu Kemerdekaan Indonesia

Halaman:


Terkini Lainnya

Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Nasional
Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P di Periode Kedua Jokowi

Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P di Periode Kedua Jokowi

Nasional
Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasional
Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Nasional
Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Nasional
Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com