JAKARTA, KOMPAS.com - Gencarnya perjuangan mengabarkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 juga dilakukan di luar negeri.
Setelah proklamasi dibacakan oleh Soekarno di Jakarta, pemerintah pendudukan Jepang masih berkuasa.
Sedangkan pemerintahan Hindia-Belanda yang terdesak akibat serangan Jepang berlindung di Australia. Mereka juga turut memindahkan sejumlah tahanan politik yang dibui di kamp Tanah Merah, Digul, Papua.
Salah satu Digulis, istilah tahanan politik Hindia-Belanda, yang turut diungsikan ke Negeri Kanguru adalah Mohamad Bondan.
Bondan yang lahir di Cirebon sejak 1929 menjadi simpatisan dan akhirnya aktif sebagai anggota Partai Nasional Indonesia (PNI) pimpinan Soekarno. Saat itu usianya masih muda dan bekerja sebagai juru tulis di Kota Udang.
Baca juga: Mengapa Berita Proklamasi Diterima Tidak Bersamaan di Berbagai Daerah?
Dia bersama kedua rekannya, Ronggo dan Pringgodimedjo, ikut mendirikan PNI cabang Cirebon.
Akibat aktivitas politiknya itu, Bondan dan seluruh pengurus PNI Cirebon ditangkap aparat Belanda pada 29 Desember 1929.
Akan tetapi, kelompok Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia yang dipimpin dr. Sutomo dan kelompok nasionalis di Dewan Rakyat (Volksraad) mendesak pemerintah Hindia-Belanda membebaskan Bondan dan rekan-rekannya.
Alhasil Bondan beserta seluruh rekan aktivis politik itu dibebaskan pada 6 Januari 1930.
Karena kegiatan politik itu juga Bondan dipecat dari pekerjaan sebagai juru tulis. Dia lantas merantau ke Jakarta.
Baca juga: Mau Lihat Upacara 17 Agustus di Istana? Daftar ke Sini!
Selama di Jakarta, Bondan 2 kali mendapat pekerjaan sebagai juru tulis. Akan tetapi, dia juga 2 kali dipecat gara-gara berselisih dengan atasannya karena tak terima atas penghinaan terkait Indonesia dan menuntut cuti tahunan bagi pekerja.
Dengan kemampuannya sebagai juru tulis, Bondan beralih profesi menjadi jurnalis dan didapuk sebagai dewan redaksi surat kabar Marhaen. Di Jakarta dia kembali aktif di PNI, tetapi kegiatan itu tidak lama lantaran aparat Belanda kembali menangkap para aktivis.
Alhasil Bondan bersama Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir dibekuk dan diasingkan ke Digul selama 8 tahun. Bondan bersama sejumlah tahanan politik lantas diangkut ke Australia saat Jepang menyerbu Hindia-Belanda pada 1942.
Saat berada di Australia, Bondan ditempatkan di kamp khusus di Kepulauan Thursday, Brisbane. Dia kemudian dipindahkan ke distrik Cowra.
Ketika itu Bondan sempat menjalani operasi radang usus buntu. Setelah sembuh, dia dibawa ke Desa Helidon, dekat Toowoomba dan ditugaskan menjadi pekerja penggosok selongsong amunisi buat militer Belanda.