Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepak Terjang Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Negeri Orang

Kompas.com - 08/08/2023, 13:00 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Gencarnya perjuangan mengabarkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 juga dilakukan di luar negeri.

Setelah proklamasi dibacakan oleh Soekarno di Jakarta, pemerintah pendudukan Jepang masih berkuasa.

Sedangkan pemerintahan Hindia-Belanda yang terdesak akibat serangan Jepang berlindung di Australia. Mereka juga turut memindahkan sejumlah tahanan politik yang dibui di kamp Tanah Merah, Digul, Papua.

Salah satu Digulis, istilah tahanan politik Hindia-Belanda, yang turut diungsikan ke Negeri Kanguru adalah Mohamad Bondan.

Bondan yang lahir di Cirebon sejak 1929 menjadi simpatisan dan akhirnya aktif sebagai anggota Partai Nasional Indonesia (PNI) pimpinan Soekarno. Saat itu usianya masih muda dan bekerja sebagai juru tulis di Kota Udang.

Baca juga: Mengapa Berita Proklamasi Diterima Tidak Bersamaan di Berbagai Daerah?

Dia bersama kedua rekannya, Ronggo dan Pringgodimedjo, ikut mendirikan PNI cabang Cirebon.

Akibat aktivitas politiknya itu, Bondan dan seluruh pengurus PNI Cirebon ditangkap aparat Belanda pada 29 Desember 1929.

Akan tetapi, kelompok Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia yang dipimpin dr. Sutomo dan kelompok nasionalis di Dewan Rakyat (Volksraad) mendesak pemerintah Hindia-Belanda membebaskan Bondan dan rekan-rekannya.

Alhasil Bondan beserta seluruh rekan aktivis politik itu dibebaskan pada 6 Januari 1930.

Karena kegiatan politik itu juga Bondan dipecat dari pekerjaan sebagai juru tulis. Dia lantas merantau ke Jakarta.

Baca juga: Mau Lihat Upacara 17 Agustus di Istana? Daftar ke Sini!

Selama di Jakarta, Bondan 2 kali mendapat pekerjaan sebagai juru tulis. Akan tetapi, dia juga 2 kali dipecat gara-gara berselisih dengan atasannya karena tak terima atas penghinaan terkait Indonesia dan menuntut cuti tahunan bagi pekerja.

Dengan kemampuannya sebagai juru tulis, Bondan beralih profesi menjadi jurnalis dan didapuk sebagai dewan redaksi surat kabar Marhaen. Di Jakarta dia kembali aktif di PNI, tetapi kegiatan itu tidak lama lantaran aparat Belanda kembali menangkap para aktivis.

Alhasil Bondan bersama Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir dibekuk dan diasingkan ke Digul selama 8 tahun. Bondan bersama sejumlah tahanan politik lantas diangkut ke Australia saat Jepang menyerbu Hindia-Belanda pada 1942.

Baca juga: Sejarah Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI, Pertama Kali Dilaksanakan di Yogyakarta pada 17 Agustus 1946

 

Mendirikan CENKIM

Saat berada di Australia, Bondan ditempatkan di kamp khusus di Kepulauan Thursday, Brisbane. Dia kemudian dipindahkan ke distrik Cowra.

Ketika itu Bondan sempat menjalani operasi radang usus buntu. Setelah sembuh, dia dibawa ke Desa Helidon, dekat Toowoomba dan ditugaskan menjadi pekerja penggosok selongsong amunisi buat militer Belanda.

Setelah pekerjaan itu selesai, Bondan dipindahkan menjadi anggota redaksi surat kabar Penjoloeh milik pemerintah sementara yang diterbitkan Dinas Penerangan Belanda.

Surat kabar berbahasa Indonesia yang terbit 3 kali dalam sepekan itu ditujukan bagi orang Indonesia yang tidak bisa berbahasa Belanda dan Inggris di Australia dan Papua.

Bondan yang bermukim di kamp tahanan Belanda di Melbourne menyimpan sebuah radio, dan mengetahui berita pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 18 Agustus 1945.

Baca juga: Sejarah Taman Proklamasi, Tempat Pembacaan Teks Kemerdekaan Indonesia

Dalam buku Memoar Seorang Eks Digulis, Totalitas Sebuah Perjuangan, Bondan menerima kabar proklamasi kemerdekaan dari siaran radio di Bukittinggi, Sumatera Barat. Dia lantas mengajak rekannya Arif Siregar buat membantu menyebarkan berita itu.

"Saya menerjemahkannya dengan bantuan seorang warga Australia yang berprofesi sebagai guru," kata Bondan dalam buku itu.

Pemerintah Hindia-Belanda mencoba sekuat tenaga buat menutupi kabar tentang proklamasi itu. Mereka mengerahkan segala upaya buat melakukan sensor melalui pembatasan siaran radio dan surat menyurat.

Meski begitu, Bondan dan sejumlah tahanan politik bisa menyebarkan kabar proklamasi melalui siaran radio bawah tanah dan surat menyurat.

Supaya perjuangan mereka terarah, Bondan dan para aktivis membentuk Komite Indonesia Merdeka di Brisbane pada 21 September 1945. Organisasi itu menjadi induk bernama Central Komite Indonesia Merdeka (CENKIM) dengan cabat di Sydney, Melbourne, dan Mackay.

Baca juga: Pengalaman ke Taman Proklamasi di Menteng, Tapak Tilas Kemerdekaan

Sejak pendirian organisasi itulah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui diplomasi dilakukan.

Alhasil lewat korespondensi dan siaran radio yang rutin serta menjalin hubungan politik dengan kelompok sayap kiri di Australia, proklamasi kemerdekaan Indonesia mendapatkan dukungan dan diakui oleh dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

Nasional
Tanggapi Ide 'Presidential Club' Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Tanggapi Ide "Presidential Club" Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Nasional
6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

Nasional
Budiman Sudjatmiko: Bisa Saja Kementerian di Era Prabowo Tetap 34, tetapi Ditambah Badan

Budiman Sudjatmiko: Bisa Saja Kementerian di Era Prabowo Tetap 34, tetapi Ditambah Badan

Nasional
PAN Ungkap Alasan Belum Rekomendasikan Duet Khofifah dan Emil Dardak pada Pilkada Jatim

PAN Ungkap Alasan Belum Rekomendasikan Duet Khofifah dan Emil Dardak pada Pilkada Jatim

Nasional
Prabowo Hendak Tambah Kementerian, Ganjar: Kalau Buat Aturan Sendiri Itu Langgar UU

Prabowo Hendak Tambah Kementerian, Ganjar: Kalau Buat Aturan Sendiri Itu Langgar UU

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com