Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elektabilitas Anies di Bawah Ganjar dan Prabowo, Pengamat: Internal Koalisi Perubahan Belum Solid

Kompas.com - 07/08/2023, 22:21 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro mengungkapkan, ada sejumlah faktor yang membuat elektabilitas bakal capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan cenderung stagnan, sehingga selalu berada di bawah Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.

Agung menilai, internal Koalisi Perubahan yang tidak kunjung solid menjadi salah satu alasan kenapa elektabilitas Anies tidak sebesar Ganjar dan Prabowo.  Adapun Koalisi Perubahan pendukung Anies diisi oleh Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Baca juga: Caleg PSI Pro Ganjar Mundur Gara-gara Partainya Main Mata dengan Prabowo

"Secara internal, KPP belum solid dalam mengampanyekan Anies, baik dalam konteks koalisi maupun di antara partai-partai yang menjadi anggotanya. Artinya Anies sebagai capres belum memiliki agenda pra kampanye yang terintegrasi, terstruktur, dan sistematis," ujar Agung saat dimintai konfirmasi, Senin (7/8/2023).

"Misalnya, saat kemarin berkampanye di Jabar, hanya PKS dan Demokrat saja yang tampak memanfaatkannya. Sementara Nasdem tak sekalipun hadir. Atau saat Anies bersama Nasdem, hanya PKS atau Demokrat yang salah satu hadir memanfaatkan agendanya," sambungnya.

Kemudian, lanjutnya, yang tidak kalah krusial adalah berkaitan dengan cawapres yang akan Anies tunjuk.

Baca juga: Soal Golkar Tak Mendukungnya, Anies Baswedan: Golkar Kan Sudah Punya KIB

Dia menyebut perdebatan soal siapa yang akan menjadi cawapres Anies di Koalisi Perubahan masih jauh dari kata selesai.

Pasalnya, masing-masing partai bersikukuh mengusung jagoannya untuk menjadi cawapres.

"Nasdem nyaman dengan cawapres dari NU, sementara Demokrat fokus mengusung AHY. PKS? Sejauh ini lebih terlihat mengikuti alur yang dibangun Nasdem dan Demokrat," jelas Agung.

Selain itu, secara eksternal, Agung mengatakan harus diakui bahwa narasi perubahan belum membumi atau dipahami publik secara keseluruhan.

Misalnya seperti perubahan apa saja yang ingin dilakukan seandainya Koalisi Perubahan diberi kuasa untuk menjadi pemerintah.

"Ambil contoh soal pembangunan infrastruktur yang masif dilakukan saat sekarang. Bagaimana ide perubahan dikonkritkan dalam konteks ini? Soal hilirisasi, apa yang mau diubah atau diperbaiki oleh KPP? Artinya agar ide perubahan yang dibawa mengakar, cerita-cerita hari ini yang tampak perlu direspons untuk kemudian disinkronisasi dengan arahan KPP melaksanakan perubahan," paparnya.

Baca juga: PKS Ingin Anies Segera Deklarasikan Cawapres, Ingatkan Bahaya Demokrat Hengkang

Lalu, kata Agung, endorse yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut memberi dampak elektoral yang signifikan di tengah kompetisi yang ketat.

Agung mengatakan, Koalisi Perubahan perlu membangun komunikasi intensif ke Jokowi agar pencapresan Anies juga didukung.

Hanya, kata dia, kemungkinan Anies didukung Jokowi kecil. Namun, paling tidak, sudah ada ikhtiar politik yang terus dilakukan oleh pihak Anies.

Menurut Agung, di luar itu, Anies mesti berupaya ekstra untuk melakukan kampanye atraktif, kreatif, dan inovatif agar ide perubahan yang dibawa semakin jelas.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS: Masalah Judi Online Sudah Kami Teriakkan Sejak 3 Tahun Lalu

PKS: Masalah Judi Online Sudah Kami Teriakkan Sejak 3 Tahun Lalu

Nasional
Dompet Dhuafa Banten Adakan Program Budi Daya Udang Vaname, Petambak Merasa Terbantu

Dompet Dhuafa Banten Adakan Program Budi Daya Udang Vaname, Petambak Merasa Terbantu

Nasional
“Care Visit to Banten”, Bentuk Transparansi Dompet Dhuafa dan Interaksi Langsung dengan Donatur

“Care Visit to Banten”, Bentuk Transparansi Dompet Dhuafa dan Interaksi Langsung dengan Donatur

Nasional
Perang Terhadap Judi 'Online', Polisi Siber Perlu Diefektifkan dan Jangan Hanya Musiman

Perang Terhadap Judi "Online", Polisi Siber Perlu Diefektifkan dan Jangan Hanya Musiman

Nasional
Majelis PPP Desak Muktamar Dipercepat Imbas Gagal ke DPR

Majelis PPP Desak Muktamar Dipercepat Imbas Gagal ke DPR

Nasional
Pertama dalam Sejarah, Pesawat Tempur F-22 Raptor Akan Mendarat di Indonesia

Pertama dalam Sejarah, Pesawat Tempur F-22 Raptor Akan Mendarat di Indonesia

Nasional
Di Momen Idul Adha 1445 H, Pertamina Salurkan 4.493 Hewan Kurban di Seluruh Indonesia

Di Momen Idul Adha 1445 H, Pertamina Salurkan 4.493 Hewan Kurban di Seluruh Indonesia

Nasional
KPK Enggan Tanggapi Isu Harun Masiku Hampir Tertangkap Saat Menyamar Jadi Guru

KPK Enggan Tanggapi Isu Harun Masiku Hampir Tertangkap Saat Menyamar Jadi Guru

Nasional
Tagline “Haji Ramah Lansia” Dinilai Belum Sesuai, Gus Muhaimin: Perlu Benar-benar Diterapkan

Tagline “Haji Ramah Lansia” Dinilai Belum Sesuai, Gus Muhaimin: Perlu Benar-benar Diterapkan

Nasional
Kondisi Tenda Jemaah Haji Memprihatikan, Gus Muhaimin Serukan Revolusi Penyelenggaraan Haji

Kondisi Tenda Jemaah Haji Memprihatikan, Gus Muhaimin Serukan Revolusi Penyelenggaraan Haji

Nasional
Pakar Sebut Tak Perlu Ada Bansos Khusus Korban Judi 'Online', tapi...

Pakar Sebut Tak Perlu Ada Bansos Khusus Korban Judi "Online", tapi...

Nasional
Harun Masiku Disebut Nyamar jadi Guru di Luar Negeri, Pimpinan KPK: Saya Anggap Info Itu Tak Pernah Ada

Harun Masiku Disebut Nyamar jadi Guru di Luar Negeri, Pimpinan KPK: Saya Anggap Info Itu Tak Pernah Ada

Nasional
Eks Penyidik: KPK Tak Mungkin Salah Gunakan Informasi Politik di Ponsel Hasto

Eks Penyidik: KPK Tak Mungkin Salah Gunakan Informasi Politik di Ponsel Hasto

Nasional
Jemaah Haji Diimbau Tunda Thawaf Ifadlah dan Sa'i Sampai Kondisinya Bugar

Jemaah Haji Diimbau Tunda Thawaf Ifadlah dan Sa'i Sampai Kondisinya Bugar

Nasional
Kasus WNI Terjerat Judi 'Online' di Kamboja Naik, RI Jajaki Kerja Sama Penanganan

Kasus WNI Terjerat Judi "Online" di Kamboja Naik, RI Jajaki Kerja Sama Penanganan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com