KOMPAS.com - Dompet Dhuafa melalui organ Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) menggelar Pelatihan Fasilitator Program Pos Gizi, Program Kawasan Sehat, dan Program Kawasan Madaya pada Kamis (20/7/2023) hingga Selasa (25/7/2023).
General Manager Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa Yeni Purnamasari mengatakan, target menurunkan tingkat stunting di Indonesia pada 2024 adalah sebesar 14 persen.
Oleh karenanya, dia pun memantik para peserta supaya memaknai pelatihan dengan memahami konsep dan filosofi bekerjanya.
“Teman-teman yang hadir menjadi suatu bagian penting pada pilar kesehatan dalam upaya pengentasan dan pencegahan stunting di Indonesia. Hasil survei angka stunting turun dari 24,4 persen jadi 21,6 persen,” ujarnya di hari pertama acara di Ballroom Hotel Citradream Tangerang Selatan.
Yeni meyakini, data tersebut merupakan hasil survei nasional sehingga data di daerah bisa sangat bervariasi.
“Bagaimana mungkin kami menurunkan angka stunting, tetapi gizi kurang? Sedangkan itu adalah potensi stunting,” paparnya dalam siaran pers.
Dia menyebutkan, dalam upaya pencegahan stunting, Dompet Dhuafa membentuk Pos Gizi di tujuh provinsi pendampingan, yakni Jawa Timur (Jatim), Jawa Barat (Jabar), Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Sumatera Selatan (Sumsel), Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Sulawesi Tenggara (Sultra).
Dompet Dhuafa juga menggelar Pelatihan Fasilitator Pos Gizi untuk tenaga kesehatan, seperti bidan penyuluh kesehatan masyarakat (PKM), bidan desa, tenaga pelaksana gizi (TPG), dan lainnya.
Yeni mengatakan, Dompet Dhuafa membuat program hulu ke hilir untuk mencari faktor penyebab, bukan sekadar intervensi.
“Yang penting lagi adalah menjadi terintegrasi. Dengan amanah zakat ini, kami daya gunakan, ajak juga orang lain menjadi bagian stakeholder, jadi gerakan. Pahami konsep dan filosofi kerjanya,” imbuhnya.
Baca juga: Paragon Corp Gandeng Dompet Dhuafa Salurkan Huntara untuk Penyintas Gempa Turkiye
Pada pelatihan materi awal, Penyuluh Keluarga Berencana (KB) Ahli Utama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dwi Listyawardani menggalakkan program Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS).
Dia mengatakan, Indonesia secara geografis dan potensi alam tidak kurang secara nutrisi. Oleh karenanya, stunting bukan hanya disebabkan oleh faktor kemiskinan, tetapi juga pola pengasuhan.
Upaya pengurangan stunting dengan pengasihan pun sesuai target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030, antara lain menghilangkan kelaparan dan menurunkan risiko kekurangan gizi, mengurangi rasio angka kematian ibu, menurunkan angka kematian neonatal, dan akses kespro yang universal.
“Stunting bukan sekadar postur tubuh, tapi juga kualitas, gizi, kecerdasan, dan sebagainya. Pendekatan harus kita galakkan pada orang tua asuh, keluarga, dan lingkungan,” ujarnya.
Baca juga: Lewat THK, Dompet Dhuafa Salurkan 27.419 Hewan Kurban untuk 1.777.080 Penerima Manfaat
Dwi pun mengajak para peserta memahami perbedaan dari generasi ke generasi. Sebab, upaya kesadaran kesehatan bisa dimulai sejak remaja, dari indeks massa tubuh hingga pola makan.