Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Tetaplah Menjadi Seorang Ganjar

Kompas.com - 14/07/2023, 06:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI SAAT perjalanan Prabowo Subianto dan Anies Baswedan untuk mendapatkan status calon presiden terbilang mulus, Ganjar Pranowo justru dirundung oleh dilema yang menggelitik.

Pasalnya, ketidakpastian akut terus menyelimuti tingkat elektabilitasnya yang justru selalu tinggi.

Namun Ganjar pada akhirnya berhasil melenturkan ketidakpastian politik yang melingkari perjalanannya selama dua tahun terakhir dengan gaya dan sikap politik yang apa adanya, sesuai karakter politik yang ia sandang selama ini, yakni tidak ambisius, kalem, tenang, apa adanya, dan tetap santun.

Jika kita telusuri lebih jauh, sebenarnya yang diperlihatkan Ganjar bukanlah hal baru dan bukan juga hal yang terlalu unik.

Yang dilakukan dan diperlihatkan Ganjar adalah sifat dan sikap asli Indonesia, sikap ketimuran yang sudah terkenal sejak zaman "baheula", yakni santun, baik, sopan, dan kalem.

Jadi secara prinsipil, originalitas Ganjar Pronowo adalah gambaran komplet dari Indonesia, baik secara kultural, moral, maupun secara behavioral.

Sikap ini adalah bagian dari keseharian yang tidak dibuat-buat. Tapi tidak bisa disandingkan secara teding aling-aling dengan kebijakan. Karena menjadi santun, baik, tenang, dan apa-adanya tak identik dengan "lembek" dalam kepemimpinan.

Karena Ganjar, layaknya manusia Indonesia lainnya, acapkali juga tegas dalam hal kebijakan, terutama pada hal-hal yang tidak berjalan semestinya.

Termasuk tindakan Ganjar baru-baru ini yang memecat langsung Kepala Sekolah Kejuruan Negeri 1 Sale, Kabupaten Rembang di Jawa Tengah karena telah melakukan pungli kepada orangtua siswa.

Sukarno pun sebenarnya demikian. Banyak cerita kesederhanaan Sukarno di balik pidatonya yang berapi-api.

Sering kali beliau berhenti di jalan hanya untuk menikmati makanan pinggir jalan, agar tetap bisa merasakan kebersamaan dengan rakyat.

Dan di saat itu, Sukarno yang terkenal berapi-api di podium berubah menjadi sosok yang berbicara sangat santun, sopan, "nyambung" dengan rakyat biasa.

Jokowi sebenarnya tampil dengan style politik yang tidak jauh berbeda sedari awal. Jokowi disukai oleh mayoritas pemilih dalam pemilihan tahun 2014 dan 2019 justru bukan karena meriah dan bertenaganya pidato-pidato yang ia lontarkan, atau karena berbagai kehebatan rencana kebijakan yang ditawarkannya di saat kampanye, tapi justru karena kehadiran dan penampilannya yang biasa-biasa saja di satu sisi dan kehadirannya yang mampu membuat banyak orang merasa senang di sisi lain.

Nyatanya, originalitas politik semacam justru membuat publik nyaman, tidak was-was, bahkan menemukan secuil kegembiraan hanya karena berdiri berdekatan dengannya, lalu mendapat satu dua kali jepretan kamera ponsel untuk disimpan sebagai kenangan setelahnya.

Terlepas stigma pencitraan yang kerap menyelimuti sikap sederhana dan apa adanya tersebut, toh Jokowi tetap mendapatkan banyak penghormatan dan apresiasi dari publik karena nyatanya dalam praktik kesehariannya sebagai seorang presiden, dikelilingi kamera atau pun tidak, memang Jokowi berpenampilan biasa.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com