Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sikap Nasdem Bertahan di Kabinet Jokowi Dinilai Erat dengan Persoalan "Sumber Daya"

Kompas.com - 13/07/2023, 18:47 WIB
Vitorio Mantalean,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sikap Partai Nasdem yang kukuh enggan tinggalkan kabinet Joko Widodo-Ma'ruf Amin meskipun mengusung narasi perubahan dinilai sebagai sebuah perhitungan demi pemenangan Pemilu 2024.

Nasdem memang mendapatkan jatah kursi Menteri Pertanian yang dijabat Syahrul Yasin Limpo serta Menteri Komunikasi dan Informatika yang sempat dijabat Johnny Plate.

"Saya tidak tahu, mungkin ada sumber daya yang dipertimbangkan Nasdem. Partai politik kan juga mempertimbangkan sumber daya dari negara, sumber daya yang mereka miliki, yang itu juga tidak mudah," ujar doktor ilmu politik Universitas Indonesia, Aditya Perdana, ketika dihubungi pada Kamis (13/7/2023).

"Partai politik ketika memutuskan bergabung ke kabinet itu kan berharap sumber daya, misalnya jadi menteri pertanian, atau menkominfo, maka sumber daya melalui program/kegiatan/proyek dari pemerintah itu juga dioptimalkan ke partainya, termasuk Nasdem pasti akan melakukan itu," ujar dia.

Baca juga: Nasdem Enggan Keluar dari Koalisi Pemerintahan, PDI-P: Terserah, Kan Ditentukan Sikap dan Perbuatan

Adit mengungkap bahwa fenomena ini lazim dan sebagian besar partai politik akan menggunakan paradigma ini.

Mereka bakal memanfaatkan sumber daya negara juga untuk mempertahankan raihan suara yang mereka peroleh saat pemilu.

Nasdem pun dianggap berjudi karena satu kaki mereka tempatkan ke arah perubahan, sedangkan kaki yang lain masih menapak Istana yang mengusung keberlanjutan program pembangunan Jokowi.

Arah perjalanan dua kaki ini bertolak-belakang, tetapi posisi itu mau tak mau perlu diambil berdasarkan perhitungan rasional.

Adapun Johnny Plate dicopot dari jabatannya setelah ditetapkan oleh Kejaksaan Agung sebagai tersangka dalam proyek korupsi BTS 4G di lingkungan Kementerian Kominfo.

Sementara itu, nama Syahrul Limpo dikaitkan-kaitkan korupsi di lingkungan Kementerian Pertanian yang sedang diselidiki KPK.

Dua kasus ini mencuat setelah Partai Nasdem mendeklarasikan mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden 2024.

Baca juga: KPK Bantah Istimewakan Mentan Syahrul Yasin Limpo Saat Pemeriksaan di Gedung Lama

Beberapa waktu kemudian, PKS dan Demokrat turut memberikan dukungan mereka untuk Anies sebagai sesama partai politik yang menggawangi Koalisi Perubahan untuk Persatuan.

Sokongan dua partai ini membuat Anies bisa mengantongi tiket presidential threshold.

"Bertahan di kabinet Jokowi bisa jadi strategi untuk tetap mempertahankan sumber daya yang ada. Ketika mereka tidak jadi bagian, ada konsekuensi lain yang harus mereka perhitungkan," ujar Aditya.

"Sama halnya Demokrat dan PKS yang tidak mendapatkan sumber daya dari negara, mereka harus berpikir dengan cara apa mempermulus jalan mereka di pemilu legislatif. Jadi, sumber daya negara itu kelihatannya penting buat partai politik," tutur dia. 

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Profil Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta 'Reimburse' Biaya Renovasi Kamar, Mobil sampai Ultah Anak ke Kementan

Profil Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta "Reimburse" Biaya Renovasi Kamar, Mobil sampai Ultah Anak ke Kementan

Nasional
KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

Nasional
Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

Nasional
Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

Nasional
Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

Nasional
KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

Nasional
Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

Nasional
Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

Nasional
Cak Imin: Larang Investigasi dalam RUU Penyiaran Kebiri Kapasitas Premium Pers

Cak Imin: Larang Investigasi dalam RUU Penyiaran Kebiri Kapasitas Premium Pers

Nasional
Mantan Pegawai Jadi Tersangka, Bea Cukai Dukung Penyelesaian Kasus Impor Gula Ilegal

Mantan Pegawai Jadi Tersangka, Bea Cukai Dukung Penyelesaian Kasus Impor Gula Ilegal

Nasional
Temui Jokowi, GP Ansor Beri Undangan Pelantikan Pengurus dan Bahas Isu Kepemudaan

Temui Jokowi, GP Ansor Beri Undangan Pelantikan Pengurus dan Bahas Isu Kepemudaan

Nasional
Grace Natalie dan Juri Ardiantoro Akan Jalankan Tugas Khusus dari Jokowi

Grace Natalie dan Juri Ardiantoro Akan Jalankan Tugas Khusus dari Jokowi

Nasional
Jadi Saksi Karen Agustiawan, Jusuf Kalla Tiba di Pengadilan Tipikor

Jadi Saksi Karen Agustiawan, Jusuf Kalla Tiba di Pengadilan Tipikor

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 66 Rekening, 187 Tanah, 16 Mobil, dan 1 SPBU

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 66 Rekening, 187 Tanah, 16 Mobil, dan 1 SPBU

Nasional
Mengganggu Pemerintahan

Mengganggu Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com