JAKARTA, KOMPAS.com - Para jemaah haji Indonesia mulai diberangkatkan ke Arafah secara bertahap pada Senin (26/5/2023). Jemaah nantinya akan melaksanakan wukuf di sana pada 27 Juni 2023.
Wukuf di Arafah merupakan rangkaian haji yang utama dan wajib yang harus dilaksanakan seluruh jemaah haji.
“Jemaah secara bertahap diberangkatkan dari hotel ke Arafah, Senin (26 Juni 2023) pagi hingga malam," kata Juru Bicara PPIH Pusat Akhmad Fauzin dalam keterangan persnya, Selasa (26/6/2023).
Ia menyampaikan, kesiapan fasilitas di Arafah, termasuk di Muzdalifah dan Mina untuk jemaah haji Indonesia telah ditinjau dan dicek langsung oleh Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas.
Baca juga: 5 Jemaah Haji Asal Lombok, Surabaya, dan Banjarmasin Dideportasi dari Arab Saudi
Menjelang keberangkatan, ia mengimbau jemaah agar mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Pastikan membawa pakaian, sandal, dan kebutuhan masing-masing secukupnya.
"Jangan lupa membawa obat bagi jemaah yang masih mengkonsumsi obat, suplemen vitamin, dan kebutuhan lainnya selama berada di Armina,” pesan Akhmad.
Tak hanya itu, ia mengimbau jemaah tetap berada di hotel karena cuaca sangat panas. Jemaah bisa melaksanakan shalat 5 waktu di mushala hotel atau masjid di sekitar hotel.
"Menjaga stamina tubuh dengan istirahat yang cukup, serta menjaga asupan dengan makan dan minum yang teratur,” imbau Fauzin.
Lebih lanjut dia menyampaikan, untuk meraih kemabruran haji, setidaknya ada 4 bekal yang perlu dimiliki dan direnungkan jemaah.
Baca juga: Jelang Ibadah Wukuf di Arafah, Komisi VIII Desak Menag Siapkan Golf Car dan Kursi Roda untuk Lansia
Pertama, bekal niat yang ikhlas. Niat ikhlas dan ketaqwaan, tidak ada niat selain meraih ridha Allah, tidak tercampuri oleh riya’, sum’ah, berbangga diri atau kesombongan. Haji harus dilaksanakan dengan tawadu’, tenang dan khusyu.
Ia pun mengutip hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Majah nomor 2890.
“Dari Anas bin Malik ra., dia berkata, “Nabi Muhammad SAW menunaikan haji dengan mengendarai unta dan menghamparkan sehelai kain yang harganya kurang dari empat dirham, lalu beliau berdoa: ‘Ya Allah, jadikanlah haji ini tanpa riya dan mencari kemasyhuran’. (HR. Ibn Majah),” kutipnya.
Kedua, bawa bekal biaya yang halal. Pasalnya, Allah adalah zat yang baik (thayyib) dan tidak menerima kecuali yang thayyib (kebaikan).
Baca juga: Skema Puncak Ibadah Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina
Oleh karena itu ia mengimbau, bekal haji harus bersih dari hal-hal syubhat, apalagi haram.
"Jika dalam bekalnya ada barang yang syubhat, harta ghashab (curian) atau haram, secara hukum hajinya sah, namun tidak diterima," tutur Akhmad.
Ketiga, melaksanakan rukun, wajib, sunnah haji, dan menghindari semua larangan. Karenanya kata dia, setiap jemaah haji wajib memahami ilmu manasik. Sebab, kesuksesan sebuah amal bergantung pada ilmu.
Adapun bekal keempat adalah menjaga diri.
“Bekal keempat, menjaga diri dalam ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, khususnya rofats (kata kotor), fusuq (perbuatan kotor), dan jidal (berkelahi atau berdebat). Perbanyak zikir, selalu berdoa agar menjadi haji mabrur,” jelas Akhmad.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.