NAHDLATUL Ulama (NU) di bawah tampuk kepemimpinan K.H. Yahya Kholil Staquf (Gus Yahya) gencar mempromosikan agama sebagai solusi dan arus utama perkembangan peradaban, dengan menginisiasi gelaran Religion Twenty (R20) di Bali dan Muktamar Fikih Peradaban di Surabaya pada 2022.
Kesuksesan dua acara tersebut membuat NU tidak berhenti berdenyut. Ia tetap menjaga asa dengan mengupayakan konferensi yang dinamai ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (selanjutnya disebut Forum IIDC) 2023.
Kegiatan ini akan dirangkaikan dengan KTT ASEAN pada September 2023 di Jakarta, di mana Indonesia bertindak sebagai pemimpin keketuaan ASEAN.
Berdasarkan laporan media Juni 2023, Gus Yahya telah bertemu dengan Presiden Jokowi untuk melaporkan perkembangan rencana pelaksanaan Forum IIDC dan meminta Pak Jokowi sebagai pembicara kunci.
Bahkan, pada 15 Juni 2023, NU telah bekerjasama dengan Kemenag untuk mensosialisasikan Forum Dialog Antaragama dan Budaya ASEAN 2023.
Mengapa Forum IIDC tersebut penting dilaksanakan? Tulisan singkat ini hendak menelisik konteks lokal dan ASEAN mengapa helat forum tersebut menjadi penting untuk dilaksanakan.
Bagian pertama, akan menyajikan data yang disampaikan oleh NU sebagai pelaksana event. Kedua, tulisan akan menjelaskan konteks ASEAN dan dilanjutkan dengan mengkaji aspek sosio politik lokal yang membuat event ini menjadi penting, sehingga akan ada penjelasan dari perspektif yang lebih luas mengenai event ini.
ASEAN terbentuk di Bangkok pada 8 Agustus 1967, dengan penandatangan Deklarasi Bangkok sebagai dasar pendirian ASEAN.
ASEAN adalah penemuan modern, yang merupakan konstruksi sosial seperti ujaran Professor Farish A. Noor dalam symposium Fakultas Ilmu Sosial UIII (15 Juni 2023).
Ada semacam imajinasi bersama untuk membentuk perkumpulan yang bisa saling membantu, mendukung dan mendorong pertumbuhan ekonomi dan keamanan di kalangan bangsa-bangsa di wilayah ASEAN.
Bangsa-bangsa ASEAN sangat beragam dari aspek agama seperti hamparan permadani keragaman, yang terdiri dari Hindu, Budha, Islam, Kristen, beberapa agama lokal dan kepercayaan lainnya.
Indonesia adalah satu negara yang plural di bidang agama, dan juga hampir semua negara memiliki keragaman agama dan ada yang mayoritas dan minoritas.
Seperti di Filipina, mayoritas penduduknya beragama Katolik dan terdapat bangsa Moro yang beragama Islam.
Di Myammar mayoritas adalah Budha, namun ada warga Muslim terutama di kalangan komunitas Rohingya, dst.
Indonesia secara relatif berhasil mewujudkan kerukunan umat beragama, meskipun terdapat segelintir perlakuan diskriminatif atas kelompok minoritas dan agama lokal.