JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia pernah mendapat kehormatan didatangi oleh tokoh politik sekaligus pejuang pada Juni 1959. Dia bahkan tetap mempertahankan rambut gondrong saat bertemu dengan Presiden Soekarno.
Tokoh itu adalah Ernesto Guevara de la Serna atau kerap disapa Che Guevara. Lelaki itu lahir pada 14 Juni 1928 di Rosario, Argentina.
Akan tetapi, ketika datang ke Indonesia saat itu Che merupakan pimpinan delegasi Kuba yang diutus sang Perdana Menteri, Fidel Castro.
Che dan Castro saat itu baru saja berhasil menggulingkan pemerintahan diktator Fulgencio Batista, yang didukung Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerikat Serikat, dari tampuk kekuasaan di Kuba.
Baca juga: Che Guevara, Lulusan Kedokteran yang Jadi Ikon Revolusioner Dunia
Setelah revolusi itu Castro mengutus Che untuk menyambangi sejumlah negara yang mengikuti Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan 4 tahun sebelum Revolusi Kuba, serta sejumlah tokoh gerakan Non Blok.
Menurut laporan, Castro adalah pengagum pemikiran Soekarno yang anti terhadap imperialisme. Hal itu terjadi setelah dia membaca pidato pembelaan Soekarno yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berjudul Indonesia Menggugat, yang dibacakan di depan pengadilan di Bandung pada 1931.
Dari pidato itu Castro menganggap pokok-pokok pemikiran Soekarno yang menginginkan dunia yang terbebas dari penjajahan sejalan dengan semangatnya. Castro kemudian mengutus Che ke Jakarta untuk menemui Soekarno.
Dengan mengenakan setelan pakaian mirip seragam tentara dan dilengkapi dengan topi baret berlambang bintang itulah Che bertemu dan bersalaman dengan Soekarno di Istana Merdeka, Jakarta.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pengambilan Foto Ikonik Che Guevara
Soekarno kemudian menjamu Che dengan hidangan, dan ditutup dengan mengisap cerutu Kuba bersama-sama.
"Bagi saya, Che...bagi saya sebuah perubahan sejarah itu tidak boleh setengah-setengah, ia harus menjebol, ia harus memporak porandakan, dari situasi porak poranda itu kita bangun yang baru, bangunan masyarakat yang modern, terhormat dan memanusiakan manusia,” kata Soekarno kepada Che.
Ketika itu, dunia tengah dilanda Perang Dingin antara Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Eropa Barat sebagai pengusung kapitalisme, serta Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet dan China sebagai perwakilan penganut komunisme-sosialisme.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Che Guevara, Simbol Revolusi Dunia
Soekarno saat itu sebagai salah satu penggagas gerakan Non Blok menginginkan negara-negara yang belum lama merdeka tidak terseret dalam pertikaian dua raksasa besar itu.
Dalam bincang-bincang dengan Che, Soekarno memaparkan kesulitan yang dialami bangsa Indonesia ketika masih dijajah oleh pemerintah kolonial Belanda.
Menurut Soekarno, satu-satunya jalan untuk membebaskan rakyat saat itu adalah dengan perlawanan, supaya bangsa Indonesia berdaulat dan bisa membangun kebudayaan dan peradabannya secara mandiri.
Che kemudian mengundang Soekarno untuk datang ke Kuba. Dan Soekarno memenuhi undangan itu setahun kemudian, tepatnya pada Oktober 1960.
Baca juga: Kala Kotak Cerutu Che Guevara Batal Dilelang
Sebelum pulang, Che dan rombongan menyempatkan diri mengunjungi Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.
Saat bertandang ke Kuba, Soekarno bertemu dengan Fidel Castro dan Che. Soekarno bahkan memberikan hadiah keris kepada Castro.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.