Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hanif Sofyan
Wiraswasta

Pegiat literasi di walkingbook.org

Menangkap Koruptor Semudah Berburu di Kebun Binatang

Kompas.com - 21/05/2023, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TERTANGKAPNYA menteri dalam kabinet Jokowi menimbulkan spekulasi soal resuffle kabinet. Namun muncul juga pertanyaan kritis terkait upaya pembersihan kabinet yang terkesan seperti gerak cepat.

Memang sasarannya terlihat acak, salah satunya yang termutakhir penangakapan Menkominfo Johnny G Plate yang tak lain Sekjen Partai Nasdem.

Tentu saja muncul pemikiran tendensius bahwa penetapan tersangka Johnny dipolitisasi. Apalagi kasusnya terkait dengan Nasdem yang belakangan secara politis dinarasikan berseberangan dengan Pemerintahan berjalan. Sekalipun Nasdem adalah bagian dari koalisi lama KIB.

Tindakan Kejaksaan Agung itu dengan segera menggoyang parlemen yang tengah riuh bicara pilpres 2024.

Apakah indikasinya punya relasi politik antara upaya pembersihan eksekutif, legislatif dan yudikatif dengan persiapan Pilpres 2024?

Di sinilah problem itu muncul. Ada argumentasi agar segala hal terkait upaya hukum sebaiknya dihindari untuk tidak menciptakan kisruh tahun politik.

Sebaliknya yang berkepentingan secara rivalitas justru berasumsi jika inilah saat tepat membongkar aib, mengurangi lawan tanding dan menjadi “kampanye hitam”.

Memang pemberantasan korupsi tak perlu menunggu momentum. Diproses sampai menunggu pilpres usai juga bisa. Namun parpol-parpol akan bersih “sementara” di tahun politik.

Tentu saja ini akan menjadi preseden buruk bagi koalisi pemenang sekaligus menunjukkan ketidakpiawaian pemerintah dalam menyaring calon yang kredibel dan tidak tersandera kasus korupsi. Minimal berkondite bersih ketika mencalonkan diri.

Kebijakan pemerintah membuka “laundry ELY-Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif”-membersihkan institusi lebih awal memang menarik, semacam pertunjukan kekuatan dan diatasnamakan dinamika politik.

Kecuali jika ada tendensi lain yang sangat politis yang justru dijadikan alasannya, untuk mendapat keuntungan sepihak. Sebuah kebetulan kasus juga menyangkut tokoh menteri dari Nasdem sehingga mudah digiring pada opini adanya langkah pembusukan.

Wajar asumsi ini muncul mengingat persaingan makin panas menjelang 168 hari jelang pilpres 2024.

Pembersihan kelihatannya menunggu momentum yang tepat. Dapat menggiring opini dan persepsi publik kearah yang diharapkan?

Namun menjadi preseden bagi partai pengusung si terdakwa. Tidak ada cara lain daripada memberi dukungan seluas-luasnya atas tindakan pembersihan itu meskipun tendensius dan sarat kepentingan.

Sekaligus menjadi kesempatan membersihkan partai dari oknum yang menjadi musuh dalam selimut dengan segala risiko yang harus ditanggung secara politis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com