Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terima Suku Awyu, Komnas HAM Akan Buat Tim Kajian Khusus Konflik Agraria di Papua Selatan

Kompas.com - 10/05/2023, 05:21 WIB
Singgih Wiryono,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) berencana membentuk tim kajian khusus terkait dengan konflik agraria yang dilaporkan oleh suku Awyu dari Boven Digoel, Papua Selatan.

Komisioner Komnas HAM Saurlin P Siagian mengatakan, kajian khusus tersebut akan dibentuk setelah disetujui oleh anggota Komnas HAM lainnya.

"Jika disetujui oleh komisaris yang lain kami akan membuat kajian khusus valuasi ekonomi masyarakat hutan dan adat," ujar Saurlin saat ditemui di Kantor Komnas HAM, Selasa (9/5/2023).

Saurlin mengatakan, hasil kajian nanti akan menjadi gambaran untuk pemerintah terkait konflik agraria dan kebutuhan untuk penyelesaian konflik di Boven Digoel, Papua Selatan.

Baca juga: Suku Awyu Papua Datangi Komnas HAM, Minta Masalah Penyerobotan Hutan Adat Ditangani Serius

Selain itu, kajian tersebut juga diperlukan agar Komnas HAM bisa menyusun rekomendasi yang akurat sesuai dengan kebutuhan masyarakat adat suku Awyu.

"Supaya pemerintah memiliki gambaran yang jelas memberikan konsesi disana akan merugikan atau tidak. Tentu itu akan memberikan suatu rekomendasi. Kami akan membuat rekomendasi kepada pemerintah dalam hal ini presiden," katanya.

Sebelumnya, Perwakilan suku Awyu Hendrikus Franky Woro mengatakan, mereka datang ke Komnas HAM untuk meminta masalah agraria, khususnya untuk hutan adat bisa diperhatikan dengan serius.

"Pelanggaran HAM (terkait agraria) banyak terjadi di wilayah kami, kami datang ke sini minta Komnas HAM agar lebih serius memperhatikan hal ini," ujar Franky saat ditemui di Kantor Komnas HAM, Selasa.

Baca juga: Komnas HAM Apresiasi Pemerintah Berhasil Bebaskan Puluhan WNI Korban TPPO di Myanmar, tapi...

Franky mengatakan, laju deforestasi di tempat mereka semakin meluas setelah datangnya perusahaan perkebunan sawit.

Padahal, hutan adat adalah tempat para suku Awyu hidup, mencari makan, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Sehingga bila hutan kami digusur, kami mau ke mana? kata Franky.

Ia lantas mendesak agar Komnas HAM membentuk tim agar bisa memberikan solusi atas konflik agraria yang terjadi di tempat mereka.

Ditambah lagi, ada potensi konflik sesama suku Awyu yang terpecah belah akibat para investor lahan sawit.

"Kami memohon kepada pemerintah agar tidak terjadi konflik itu," tutur Franky.

Baca juga: 4 Orang di Jayapura Papua Dikeroyok dan Dianiaya Puluhan Orang Saat Patroli di Hutan Adat

Adapun konflik agraria tersebut terjadi antara suku Awyu dengan dua perusahaan perkebunan sawit, yaitu PT Megakarya Jaya Raya dan PT Kartika Cipta Pratama.

Selain ke Komnas HAM, Franky juga telah mengajukan gugatan lingkungan hidup dan perubahan iklim ke Pengadilan Tata Usaha Negara Jayapura pada 13 Maret 2023.

Gugatan itu berkaitan dengan izin lingkungan hidup yang dikeluarkan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terbuka Satu Pintu Papua karena dinilai mengancam hutan adat dan ruang hidup mereka.

Pasalnya, kehidupan suku Awyu sangat bergantung pada hasil kekayaan hutan dan menjadi sumber pencaharian, pangan dan obat-obatan untuk mereka.

"Serta identitas sosial budaya kami. Hutan adalah rekening abadi bagi kami masyarakat adat," kata Franky.

Baca juga: Suku Awyu Papua Datangi Komnas HAM, Minta Masalah Penyerobotan Hutan Adat Ditangani Serius

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com