JAKARTA, KOMPAS.com - Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan, PDI-P menjadi partai dengan dukungan pemilih kritis terbanyak dibanding partai-partai lainnya.
Survei bertajuk ‘Elektabilitas Partai pasca Deklarasi Capres PDIP’ ini mengungkap, PDI-P menempati posisi teratas dengan perolehan 19,9 persen pemilih kritis, jika pemilihan anggota DPR RI dilaksanakan saat ini.
Adapun “pemilih kritis” adalah pemilih yang punya akses ke sumber-sumber informasi sosial-politik secara lebih baik karena mereka memiliki telepon pintar. Dengan demikian, mereka bisa mengakses internet untuk mengetahui dan bersikap terhadap berita-berita sosial-politik.
Baca juga: Survei SMRC: Elektabilitas PDI-P Naik Pasca Umumkan Ganjar sebagai Capres
Mereka umumnya adalah pemilih kelas menengah bawah ke kelas atas, lebih berpendidikan, dan cenderung tinggal di perkotaan. Mereka juga cenderung lebih bisa memengaruhi opini kelompok pemilih di bawahnya. Total pemilih kritis ini secara nasional diperkirakan 80 persen.
"Jika pemilihan anggota DPR dilaksanakan sekarang, partai atau calon dari partai mana yang akan dipilih. Kita peroleh respon, PDI-P di posisi teratas 19,9 persen dukungannya di pemilih kritis ini," kata Direktur Riset SMRC, Deni Irvani dikutip dari Youtube SMRC TV, Rabu (3/5/2023).
Setelah PDI-P, posisi berikutnya disusul oleh Partai Gerindra dengan perolehan 12,4 persen.
Lalu, Partai Golkar sebesar 9,3 persen, Partai Demokrat 6,5 persen, PKS 6,1 persen, PKB 5,5 persen, dan Partai Nasdem 3,6 persen. Sedangkan partai lainnya di bawah 2 persen.
Baca juga: Survei SMRC: Ganjar dan Prabowo Bersaing Ketat Rebut Suara Pemilih Kritis
"Dan ada 30,3 persen yang belum menentukan pilihan partai," jelas dia.
Lebih lanjut dia menjelaskan, peta dukungan pemilih kritis ini tidak banyak berubah dari Pemilu tahun 2019. Pada Pemilu kala itu, PDI-P juga berada di urutan pertama.
"Komposisi urutan 3 besar masih sama ya, PDI-P masih teratas, kemudian (disusul) Gerindra dan Golkar. Belum ada perubahan yang sangat besar komposisi atau kekuatan partai," jelas dia.
Sebagai informasi, survei nasional pemilih kritis ini dilakukan pada pemilik cellphone sebagai indikator pemilih kritis. Sampel survei ini dipilih melalui metode random digit dialing (RDD).
RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak. Dengan teknik RDD, sebanyak 1.021 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, divalidasi, dan di-screening.
Baca juga: Survei SMRC: Elektabilitas Ganjar Naik Jadi 20,8 Persen Usai Diumumkan Jadi Bakal Capres
Validasi dan screening dilakukan untuk memastikan bahwa pemilik nomor telpon terpilih adalah warga negara Indonesia dan telah memiliki hak pilih (berumur 17 tahun plus atau sudah menikah).
Margin of error survei diperkirakan ±3.1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.