Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IDAI Sebut Anak-anak Lebih Rentan Terdampak Krisis Iklim

Kompas.com - 03/05/2023, 00:11 WIB
Miska Ithra Syahirah,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA. KOMPAS.com - Ketua Satgas Bencana Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kurniawan Taufiq Kadafi menyebut usia anak yakni di bawah umur 18 tahun sangat rentan terkena dampak buruk dari krisis iklim.

Menurutnya, anak memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dengan golongan usia lainnya sehingga berakibat pada daya tahan yang berbeda pula.

"Jadi, anak itu punya karakteristik yang unik, anak itu bukan dewasa mini. Dimana proses pada anak sebagian besar proses tubuhnya berbeda atau fisiologisnya berbeda dengan orang dewasa," ujar pria yang akrab disapa Kadafi itu dalam konferensi pers IDAI secara daring pada Selasa, (2/5/2023).

Perbedaan secara fisiologis bisa dilihat dari daya hirup udara anak yang lebih banyak dibandingkan orang dewasa.

Baca juga: PBB Peringatkan Ancaman Krisis Air Dunia, Krisis Iklim Bikin Tambah Parah

Kadafi menyebut, laju nafas pada bayi yaitu sekitar 40 sampai dengan 50 napas per menit. Sedangkan orang dewasa hanya sekitar 18 sampai dengan 20 napas per menit.

"Dengan banyak menghirup udara, memudahkan anak menyerap atau menghirup bahan yang sifatnya berbahaya di udara," katanya.

Selain itu, anak-anak sekitar usia bayi tiga tahun (batita) merupakan tahap usia yang suka mengeksplor banyak hal dengan bermain di luar rumah dan terpapar udara kotor.

Dengan begitu, kata Kadafi, mereka sering berinteraksi dengan bahan kotor dan memasukkannya ke dalam mulut.

Baca juga: Krisis Iklim Ini Nyata, Suami Kami Kehilangan Pekerjaan, Anak-anak Putus Sekolah

"Dan dari aspek psikologi, kita sering lihat anak rasa penasarannya tinggi. Jadi segala sesuatu yang sekiranya dibilang berbahaya malah menimbulkan tanda tanya sehingga menimbulkan keinginan coba-coba," ungkap dokter spesialis anak tersebut.

Lebih lanjut, ujar Kadafi, anak-anak juga sulit mengungkapkan rasa sakit yang dialaminya karena keterbatasan dalam mengekspresikan apa yang dirasakan.

Biasanya, para orang tua mengetahui rasa sakit anak saat sudah di fase lanjutan tanpa mengetahui keluhan awal.

"Keluhan awal tidak diungkapkan secara jelas, tapi dia ekspilisit hanya menangis saja. Anak memang mempunyai kekhususan," kata dia.


Diketahui, berdasarkan paparan Kadafi, dalam 30 tahun terakhir, rata-rata suhu permukaan bumi di Indonesia meningkat sebesat 0,1 derajat celcius. Jika dikalkulasikan dari tahun 1866 hingga 2020, suhu permukaan bumi di Indonesia meningkat 1,6 derajat celcius.

Peningkatan suhu tentunya berdampak pada intensitas bencana alam yang terjadi di Indonesia, misalnya banjir yang membuat anak rentan terkontaminasi air kotor.

"Yang dibutuhkan dari kita adalah effort nyata untuk mencegah dampak tersebut terutama kalau kita sudut pandangnya anak atau orang dewasa, yang kelompok rentan, adalah bagaimana pencegahannya," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ditegur MK Tak Serius Ikuti Sidang, KPU Mengaku Punya Banyak Agenda

Ditegur MK Tak Serius Ikuti Sidang, KPU Mengaku Punya Banyak Agenda

Nasional
Korlantas Sebut Pelat Khusus “ZZ” Terhindar Ganjil-Genap Jika Dikawal

Korlantas Sebut Pelat Khusus “ZZ” Terhindar Ganjil-Genap Jika Dikawal

Nasional
Polri Bentuk 10 Satgas Pengamanan untuk World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Bentuk 10 Satgas Pengamanan untuk World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Nurul Ghufron Sengaja Absen Sidang Etik di Dewas KPK, Beralasan Sedang Gugat Aturan ke MA

Nurul Ghufron Sengaja Absen Sidang Etik di Dewas KPK, Beralasan Sedang Gugat Aturan ke MA

Nasional
Korlantas Polri Ungkap Jasa Pemalsuan Pelat Khusus “ZZ”, Tarifnya Rp 55-100 Juta

Korlantas Polri Ungkap Jasa Pemalsuan Pelat Khusus “ZZ”, Tarifnya Rp 55-100 Juta

Nasional
Absen di Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin, Surya Paloh: Terus Terang, Saya Enggak Tahu

Absen di Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin, Surya Paloh: Terus Terang, Saya Enggak Tahu

Nasional
KPU Mulai Tetapkan Kursi DPRD, Parpol Sudah Bisa Berhitung Soal Pencalonan di Pilkada

KPU Mulai Tetapkan Kursi DPRD, Parpol Sudah Bisa Berhitung Soal Pencalonan di Pilkada

Nasional
PKB Jajaki Pembentukan Koalisi untuk Tandingi Khofifah di Jatim

PKB Jajaki Pembentukan Koalisi untuk Tandingi Khofifah di Jatim

Nasional
PKB Bilang Sudah Punya Figur untuk Tandingi Khofifah, Pastikan Bukan Cak Imin

PKB Bilang Sudah Punya Figur untuk Tandingi Khofifah, Pastikan Bukan Cak Imin

Nasional
KPK Sita Gedung Kantor DPD Nasdem Milik Bupati Nonaktif Labuhan Batu

KPK Sita Gedung Kantor DPD Nasdem Milik Bupati Nonaktif Labuhan Batu

Nasional
MA Kuatkan Vonis 5 Tahun Penjara Angin Prayitno Aji

MA Kuatkan Vonis 5 Tahun Penjara Angin Prayitno Aji

Nasional
Soal Jokowi Jadi Tembok Tebal antara Prabowo-Megawati, Sekjen PDI-P: Arah Politik Partai Ranah Ketua Umum

Soal Jokowi Jadi Tembok Tebal antara Prabowo-Megawati, Sekjen PDI-P: Arah Politik Partai Ranah Ketua Umum

Nasional
TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Pelat Nomor Kendaraan yang Marak Terjadi Akhir-akhir Ini

TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Pelat Nomor Kendaraan yang Marak Terjadi Akhir-akhir Ini

Nasional
Andi Gani Ungkap Alasan Ditunjuk Jadi Penasihat Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

Andi Gani Ungkap Alasan Ditunjuk Jadi Penasihat Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

Nasional
PKB Siap Bikin Poros Tandingan Hadapi Ridwan Kamil di Pilkada Jabar

PKB Siap Bikin Poros Tandingan Hadapi Ridwan Kamil di Pilkada Jabar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com