KOMPAS.com – Indonesia resmi memulai Keketuaan Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) terhitung sejak 1 Januari 2023 dan akan berakhir pada 31 Desember 2023. Sama seperti Presidensi G20 2022, Keketuaan ASEAN 2023 juga diemban di tengah situasi global yang cukup sulit.
Saat memberi sambutan pada acara Kick Off Keketuaan Indonesia (29/1/2023), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa krisis ekonomi, energi, pangan, dan perang yang melanda sejumlah negara membuat kondisi global tidak menentu.
Meski demikian, Presiden tetap optimistis bahwa Keketuaan Indonesia di ASEAN dapat memberikan dampak positif, baik bagi kawasan maupun dunia. Oleh karena itu, Indonesia mengusung tema “ASEAN Mattes: Epicentrum of Growth”.
"ASEAN akan terus berkontribusi bagi perdamaian dan stabilitas, terutama kawasan Indo-Pasifik. Selain itu, ASEAN juga akan menjaga pertumbuhan ekonomi dan ASEAN matters, epicentrum of growth," ujar Jokowi.
Baca juga: Indonesia Ingatkan Pentingnya Penghentian Kekerasan di Myanmar dalam Keketuaan ASEAN
Terkait ASEAN Mattes: Epicentrum of Growth, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyampaikan tiga pilar utama yang merupakan turunan dari tema Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023 tersebut.
Pertama, ASEAN Matters. Menlu RI menjelaskan, Indonesia ingin menjadikan ASEAN relevan dan penting. Tidak hanya bagi masyarakat Indonesia dan Asia Tenggara, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat di luar kawasan dan memainkan peran sentral serta berkontribusi terhadap stabilitas serta perdamaian, khususnya di kawasan Indo-Pasifik.
"Presiden Jokowi ingin menjaga peran penting ASEAN menjadi lokomotif untuk menggerakkan Indo-Pasifik tetap menjadi kawasan yang damai dan stabil. Itu tujuan dari ASEAN Matters," jelas Retno seperti dilansir laman setneg.go.id.
Stabilitas ASEAN juga akan terus dijaga agar bisa menjalankan tugasnya secara optimal dalam menghadapi berbagai tantangan dan isu penting di dunia internasional. Dengan begitu, kata Retno, ASEAN bisa lebih adaptif, responsif, dan kompetitif pada 2045.
Untuk mewujudkannya, Indonesia telah memulai inisiatif terkait penguatan kelembagaan dan kapasitas ASEAN.
Langkah tersebut dilakukan agar ASEAN menjadi lebih memadai dan efektif dalam menghadapi tantangan, baik di masa ini maupun masa mendatang.
Baca juga: Kepemimpinan KTT ASEAN 2023
Kedua, Epicentrum of Growth. Elemen ini menegaskan bahwa kawasan Asia Tenggara memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi ketimbang kawasan lain.
Untuk 2023, misalnya, Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara mencapai 4,7 persen. Sementara, ekonomi dunia dalam proyeksi Bank Dunia hanya tumbuh sebesar 1,7 persen.
Atas fakta tersebut, Retno pun menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi selalu menjadi bagian dari sejarah ASEAN.
"Presiden ingin aset yang dimiliki ASEAN dapat ditingkatkan agar dapat menjadi epicentrum of growth atau pusat pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa kerja sama yang akan diperkuat, salah satunya, penguatan arsitektur kesehatan di kawasan untuk pemulihan pascapandemi dan menyiapkan kedaruratan kesehatan publik di masa mendatang. Kemudian, ketahanan energi, keamanan pangan, dan menjaga stabilitas keuangan," paparnya.
Ketiga, implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP). Indonesia akan melanjutkan pembangunan arsitektur kawasan yang inklusif dengan mendorong proyek-proyek konkret berdasarkan empat prioritas AOIP, yakni maritim, konektivitas, SDGs dan kerja sama ekonomi.
melalui keketuaannya di ASEAN, Indonesia juga akan memperkuat kerja sama dengan negara-negara Pasifik melalui kerja sama antara Sekretariat ASEAN dan Sekretariat Pacific Island Forum (PIF) serta organisasi regional lain, seperti Indian Ocean Rim Association (IORA).
Baca juga: Bertemu Menlu Jepang, Menlu Retno Bahas Investasi IKN hingga Proyek MRT
AOIP bertujuan untuk mempertegas posisi dan peran ASEAN dalam menjaga perdamaian, keamanan, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik.
AOIP dibuat dengan mengedepankan pendekatan dialog serta kerja sama yang terbuka dan inklusif di empat bidang prioritas ASEAN seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Retno mengatakan, AOIP perlu membawa manfaat luas bagi kawasan jika empat area prioritas tersebut dapat diimplementasikan secara konkret.
Oleh karena itu, sebagai Ketua ASEAN 2023, Indonesia akan mendorong berbagai proyek yang berada dalam konteks AOIP.
“Kawasan Indo-Pasifik yang damai dan stabil, penghormatan terhadap hukum internasional, dan kerja sama yang inklusif merupakan kunci bagi ASEAN untuk menjadi epicentrum of growth (pusat pertumbuhan). Implementasi AOIP akan menjadi roh besar pelaksanaan prioritas Keketuaan Indonesia (di ASEAN),” tutur Retno seperti diberitakan Kompas.id, Kamis (12/1/2023).
Baca juga: Di Sidang Dewan HAM PBB, Menlu Retno Singgung Solusi Damai untuk Palestina-Ukraina
Adapun dalam mendukung upaya tersebut, Indonesia berencana menyelenggarakan flagship event ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) pada bulan September 2023. Acara ini terdiri dari empat rangkaian kegiatan.
Pertama, ASEAN Creative Economy Business Forum (ACEBF) yang ditujukan untuk mendukung pengarusutamaan ekonomi kreatif sebagai sektor penting bagi pertumbuhan dan ketahanan ekonomi kawasan, termasuk dalam proses pemulihan ekonomi konprehensif ASEAN pascapandemi.
Kedua, ASEAN Indo-Pacific Infrastructure Forum (AIPIF) untuk mendukung peningkatan konektivitas kawasan, mempercepat pengembangan infrastruktur hijau, meningkatkan transformasi digital yang inklusif, serta pembiayaan yang berkelanjutan dan inovatif.
Baca juga: BI Targetkan Ekonomi ASEAN-5 Tumbuh 5,6 Persen di 2024
Forum Infrastruktur tersebut akan mengundang partisipasi sektor publik dan swasta dari negara anggota ASEAN, mitra eksternal ASEAN, negara-negara di kawasan Pasifik, organisasi internasional, dan lembaga keuangan internasional.
Ketiga, ASEAN Business and Investment Summit (ABIS). Ajang ini merupakan forum pertemuan para pemimpin regional serta global bersama komunitas bisnis dan eksekutif C-suites dengan sejumlah perusahaan besar.
Event tersebut diadakan untuk membahas topik serta perkembangan isu sosial dan ekonomi di kawasan.
Keempat, ASEAN+ Youth Symposium yang merupakan platform dialog pemuda untuk mendiskusikan berbagai ide dalam mendorong kerja sama dan implementasi AOIP. Utamanya, untuk menegaskan arti penting kawasan sebagai hub pertumbuhan digital untuk pembangunan berkelanjutan.
Simposium akan dihadiri oleh perwakilan pemuda dari kawasan ASEAN, mitra dialog ASEAN, dan perwakilan pemuda dari kawasan Indo-Pasifik.