Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eks Kepala PPATK Usul Ada "Risk Management" untuk Cek LHKPN Pejabat

Kompas.com - 16/03/2023, 09:50 WIB
Ardito Ramadhan,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus Husein menilai perlu ada pendekatan risk management dalam memeriksa Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).

Menurut Yunus, pendekatan ini merupakan solusi agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dapat memeriksa kekayaan para pejabat di tengah keterbatasan sumber daya manusia (SDM) di lembaga itu.

"Jumlahnya (LHKPN) terlalu banyak sementara resources terbatas, sehingga saya kira ada bagusnya kalau pendekatan risk management ya," kata Yunus Husein dalam program Gaspol! Kompas.com, Selasa (14/3/2023).

Yunus mengatakan, dengan pendekatan itu, pemeriksaan LHKPN akan diprioritaskan kepada pejabat-pejabat yang berisiko tinggi.

Baca juga: PPATK Laporkan Kejanggalan Harta Rafael ke KPK sejak 2011, Abraham Samad Singgung Kewenangan

Pejabat berisiko yang dimaksud antara lain pegawai pajak, penegak hukum, dan politikus.

"Jangan yang kering-kering juga jadi prioritas, yang basah-basah yang kewenangannya banyak dan sumber pendapatan negara itu kan high risk harusnya priority," ujar Yunus.

Mantan Ketua KPK Abraham Samad lantas mengakui bahwa keterbatasan SDM yang dimiliki KPK menjadi penghambat untuk memeriksa kebenaran LHKPN yang dilaporkan para pejabat.

Samad mengatakan, pengecekan LHKPN perlu dilakukan oleh KPK karena LHKPN bersifat self-declaration atau dibuat sendiri oleh orang yang melaporkan.

"LHKPN sifatnya sangat deklarasi ya, dibuat oleh yang bersangkutan, dia sendiri yang membuat. Dilaporkan ke KPK dan KPK cuma melakukan klarifikasi yang disebut verifikasi administrasi," ujar Abraham Samad.

Baca juga: Lingkaran Setan di Ditjen Pajak Diungkap Yunus Husein: Kongkalikong Pegawai, Eks Pegawai. hingga Pengadilan Pajak

Menurut Samad, idealnya klarifikasi administrasi itu diikuti oleh klarifikasi faktual ke lapangan dan klarifikasi hukum.

"Kalau ketiga klarifikasi ini dilaksanakan secara berurutan, maka nanti kesimpulan kita bisa mendapatkan gambaran jelas bahwa apakah harta yang dimiliki orang ini didapatkan dengan cara yang tidak halal atau halal," kata Samad.

Apabila harta tersebut ternyata ilegal, kata Samad, temuan itu dapat ditindaklanjuti ke tahap penyelidikan dugaan korupsi.

Namun, masalahnya proses klarifikasi yang dilakukan KPK hingga kini masih terbatas pada tahap klarifikasi administrasi.

Baca juga: PPATK Temukan Rafael Alun Trisambodo Simpan Rp 37 Miliar, Mahfud: Itu Bukti Pencucian Uang

Persolan LHKPN mencuat setelah kasus penganiayaan yang melibatkan anak mantan pejabat pajak Rafael Alun Trisambodo, Mario Dandy Satrio.

Warganet ramai-ramai menyoroti gaya hidup mewah Mario yang kerap dipamerkannya lewat media sosial.

KPK lalu mengungkapkan bahwa ada ketidaksesuaian antara profil jabatan Rafael Alun Trisambodo dengan LHKPN miliknya.

Diketahui, sebelum dipecat dari instansi yang dipimpin Sri Mulyani, Rafael merupakan pegawai negeri sipil (PNS) Eselon III dengan kekayaan yang dilaporkan mencapai Rp 56,1 miliar.

Dicurigai, beberapa harta milik Rafael tidak tercatat di LHKPN. Salah satunya, mobil Jeep Rubicon dan motor Harley Davidson yang kerap dipamerkan keluarganya di media sosial.

Bahkan, mobil tersebut tercatat atas nama orang lain.

Baca juga: KPK Bakal Tindak Lanjuti Safe Deposit Box Berisi Rp 37 M Rafael yang Diblokir PPATK

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com