JAKARTA, KOMPAS.com - Adik Gubernur Papua Lukas Enembe, Elius Enembe mengklaim masyarakat Papua saat ini sedang menangis karena sosok pemimpin mereka dibawa keluar dari bumi cenderawasih.
Elius mengatakan, di dalam adat masyarakat Papua, ketika pemimpin yang mereka cintai diperlakukan tidak manusiawi, maka masyarakat, tokoh gereja, pemuda, dan perempuan meluangkan waktu untuk berdoa dan berduka dalam waktu yang panjang.
“Saat ini masyarakat Papua sedang berdoa dan menangis karena pemimpin yang mereka cintai, tokoh mereka dibawa keluar,” kata Elius dalam konferensi pers di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (21/2/2023).
Baca juga: KPK Panggil Ketua MRP Timotius Murib Jadi Saksi Korupsi Lukas Enembe
Elius menepis anggapan Menteri Koordinator bidan Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD yang menyebut Papua dalam keadaan aman.
Ia menyebut Mahfud tidak mengetahui situasi dan kondisi masyarakat Papua yang sebenarnya pada saat ini.
Menurutnya, masyarakat Papua saat ini sedang sedih. Elius mengaku menyampaikan hal ini agar pemerintah dan masyarakat tidak salah menyampaikan opini.
“Mereka sedang menyaksikan semua situasi ini dalam hati mereka yang sedang berduka,” ujar Elius.
Baca juga: KPK Sebut Lukas Enembe Sehat, Bisa Main Pingpong di Rutan
Pada kesempatan tersebut, Elius juga menyayangkan narasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menyebut Lukas dalam keadaan sehat. Padahal, klaim Elius, kondisi kakaknya itu saat ini sangat parah.
Menurutnya, saat Lukas ditangkap di Jayapura pada Januari lalu, Lukas sedang menderita sakit ginjal, gula, susah berjalan dan berbicara.
“Sudah 4 kali stroke,” kata Elius.
Lukas telah ditetapkan sebagai tersangka dugaan suap dan gratifikasi pada September 2022 lalu.
Ia diduga menerima suap dari Direktur PT Tabi Bangun Papua, Rijatono Lakka sebesar Rp 1 miliar untuk memilih perusahaan konstruksi itu sebagai pemenang lelang tiga proyek multiyears di Papua.
Baca juga: Pengacara Protes Ada Sanak Keluarga Lukas Enembe Tak Diizinkan Besuk oleh KPK
Selain itu, Lukas juga diduga menerima gratifikasi sebesar Rp 50 miliar terkait dengan jabatannya sebagai gubernur.
Lukas sempat menjalani pembantaran di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RPSAD) sebanyak dua kali.
Pengacara Lukas berkali-kali menyampaikan bahwa klien mereka harus segera dibawa ke Singapura atau kondisinya akan semakin buruk.
Sementara itu, KPK menilai fasilitas kesehatan di dalam negeri masih cukup untuk mengobati Lukas Enembe.
KPK pun membenarkan bahwa Lukas sedang sakit. Namun, kondisinya tidak seburuk sebagaimana digambarkan para pengacaranya.
Baca juga: Bantah Alirkan Dana ke OPM, Lukas Enembe: NKRI Harga Mati!
Baru-baru ini, KPK menyebut Lukas bisa bermain pingpong atau tenis meja di rumah tahanan (Rutan) KPK.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.