Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita PKN Dituding PKI Saat Proses Verifikasi Pemilu 2024

Kompas.com - 28/01/2023, 17:19 WIB
Rahel Narda Chaterine,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Gede Pasek Suardika menceritakan pengalamannya saat mendaftarkan partainya saat Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Pasek menyampaikan, saat melakukan pendaftaran verifikasi partai, PKN sudah memiliki perwakilan di 501 kabupaten/kota.

Namun dalam prosesnya, ada sekitar 50 wilayah yang tidak lolos dalam Sipol Pemilu 2024.

Baca juga: Ketum PKN: Partai Baru Dipersulit dengan Kastanisasi dalam Pemilu

“Jadi syarat untuk lolos tuh masih di bawah 400, kita 451 lolosnya. Jadi makanya kami berpikir kami diam saja, karena kan semua sudah terukur. Kita kerja terukur. Kalau dibilang ini partai diam-diam saja, ya memang strategi kami begitu,” ucap Gede dalam acara Gaspol di YouTube Kompas.com, Kamis (28/1/2023).

Menurutnya, saat itu, PKN hanya hanya fokus terhadap hal-hal administrasi, seperti surat domisili, rekening, dan kartu tanda anggota (KTA).

Selama masa-masa itu, PKN meyakini bahwa secara verififkasi administrasi masih bisa lolos meski sempat ada beberapa daerah yang gugur dalam Sipol.

Baca juga: PBB: Kami 3 Kali Gagal Verifikasi, Partai Buruh dan PKN Sekali Langsung Jos

Tak disangka-sangka, kata Pasek, lima hari sebelum pengumuman tahapan verifikasi partai pemilu, muncul isu liar yang menyebut PKN sebagai PKI.

“Di hari yang sama pun, tiba-tiba di grup WhatsApp di seluruh Indonesia muncul kami dituduh PKI. Jadi hampir semua pengurus kita di Indonesia itu mendapat informasi itu,” ucapnya.

Menurut Pasek, isu liar itu tidak mungkin dikerjakan satu dua orang.

Ia berpandangan, hal itu dikerjakan oleh orang yang dalam koordinasi kekuasaan serta memiliki jaringan luas di Indonesia.

Baca juga: Ketum PKN: Parpol Kami Cuma Ramaikan Pemilu 2024, Jangan Ganggu Lagi

“Jadi ini semua melakukan penetrasi supaya jangan sampai kami ditetapkan. Ya kami tetap memilih diam. Karena kami percaya akan sebuah proses yang akuntabel berjalan,” ujar Pasek.

Pasek lantas heran kenapa ada pihak yang takut dengan PKN. Padahal, PKN adalah partai baru yang tidak berkuasa dan minoritas.

Meski begitu, ia memahami bahwa itu adalah bagian dari permainan politik.

“Jadi saya kira yang ketakutan kemudian menggalang berbagai cara kekuatan semua, walaupun dia di belakang tangan naboknya, kami paham lah. Karena permainan-permainan ini kan bukan permainan baru,” kata Gede.

Baca juga: PKN Dapat Nomor Urut 9 di Pemilu 2024

“Jadi bagi kami biarkan aja lah, ini sudah berlalu, lewat, mekanisme sudah diatur undangundang,” imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com