JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden ke 6 dan ke 10 Jusuf Kalla (JK) menyebut, akademisi Universitas Paramadina lebih banyak memberikan pandangan positif dalam perpolitikan saat ini daripada perguruan tinggi lain, termasuk Universitas Indonesia (UI).
Hal ini JK sampaikan saat menyampaikan pidato dalam acara Dies Natalis ke 25 Universitas Paramadina.
Dalam agenda tersebut JK diundang dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina.
“Apabila kita berbicara politik di Indonesia pada dewasa ini, jauh lebih banyak orang-orang Paramadina yang memberikan pandangan-pandangan yang positif dalam politik dibanding dengan universitas yang lain, termasuk UI contohnya,” kata JK Universitas Paramadina, Selasa (10/1/2023).
Baca juga: Jusuf Kalla Soroti Maraknya Amplop-amplop dari Caleg Saat Pemilu
JK mengatakan, pandangan positif mengenai perpolitikan harus diimbangi dengan gagasan terkait entrepreneurship dan perekonomian.
Menurut dia, dua wacana tersebut akan menjadi bagian penting dalam kemajuan saat ini. Jika Indonesia tertinggal di dua sektor tersebut, maka akan terjadi ketimpangan.
“Tentu sangat mempunyai bahaya di masa depan di Indonesia ini, apabila tidak ada keseimbangan seperti itu,” ujar JK.
JK mengaku, dirinya tidak ingin menurunkan peran para pengusaha Tionghoa dalam perekonomian saat ini.
Baca juga: Jusuf Kalla: Pemilu Sistem Proporsional Terbuka Sudah Benar, tapi Jeruk Makan Jeruk
Ia ingin lembaga pendidikan juga meningkatkan perannya dalam dunia ekonomi. Selain perekonomian, lembaga pendidikan juga harus berperan dalam kemajuan teknologi dan berbagai sektor lainnya.
JK menuturkan, Paramadina tidak dibentuk dengan konsep universitas massal. Kampus tersebut dibangun dengan konsep pemikiran dan langkah-langkah yang besar di semua bidang keilmuan.
Ia berharap, konsep tersebut bisa direalisasikan oleh para dosen, pengajar, dan pimpinan Yayasan Paramadina.
Ia juga meminta agar sebagai perguruan tinggi, Paramidan memandang ke depan dan tidak terlena dengan kejayaan masa lalu.
“Universitas bukan lah museum kalau museum melihat ke belakang, banyak hal kita umat Islam itu seperti berpikir museum, bahwa kita selalu bangga sama masa lalu,” tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.