Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menko PMK Akui Gerakan Revolusi Mental Belum Maksimal Cegah Korupsi

Kompas.com - 21/12/2022, 12:50 WIB
Ardito Ramadhan,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengakui, Gerakan Nasional Revolusi Mental yang dicanangkan pemerintah belum maksimal mecegah korupsi.

"Kalau efektifnya sudah ya, tapi memang belum maksimal. Ini makanya kita terus gelorakan semangat revolusi mental ini," kata Muhadjir seusai acara Anugerah Revolusi Mental 2022 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (21/12/2022).

Muhadjir mengatakan, gerakan itu belum berjalan maksimal karena mengubah mental seseorang tidak bisa dilakukan secara serta merta dan harus melalui proses yang panjang.

Baca juga: Respons Luhut, Wapres Tegaskan OTT Masih Diperlukan

Selain itu, ia menyebutkan, gerakan ini juga baru digelar secara efektif selama masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

Lebih lanjut, Mauhadjir menyatakan bahwa revolusi mental terkait korupsi dapat diarahkan pada membangun mental kejujuran dan integritas.

Ia pun sependapat bahwa pemberantasan korupsi harus meliputi upaya pendidikan, pencegahan, maupun penindakan.

Baca juga: OTT KPK Dinilai Penting Tutup Celah Korupsi Usai Digitalisasi Sistem

Meskipun, Muhadjir juga mengakui bahwa upaya penindakan sebaiknya diminimalisasi, asalkan upaya pendidikan dan pencegahan sudah berjalan maksimal.

"Tapi itu akan terjadi dengan sangat baik kalau dari sisi pendidikan penyadaran kepada masyarakat mengubah mental korupnya, para pejabat-pejabat itu betul-betul sudah menyadari bahwa korupsi itu menghancurkan, dan itu kan perlu waktu," kata Muhadjir.

Dalam sambutannya, Muhadjir menjelaskan bahwa Revolusi Mental adalah gerakan seluruh masyarakat Indonesia dengan mengangkat kembali nilai-nilai startegis yang diperlukan oleh bangsa dan negara.

Baca juga: OTT Itu Kan Enggak Bagus Sebenarnya, Sedikit-sedikit Bisalah, kalau Mau Bersih di Surga Sana

Nilai-nilai itu adalah integritas, etos kerja, hingga gotong royong agar mampu menciptakan ketertiban dan kesejahteraan rakyat sehingga dapat memenangkan persaingan di era global.

"Hal ini diharapkan dapat mendorong perubahan cara pandang, sikap, perilaku yang berkarakter dan berorientasi pada kemajuan," kata dia.

Muhadjir pun melaporkan bahwa gerakan ini telah memberikan perubahan, tercermin dari indeks capaian revolusi mental (ICRM) tahun 2021 yang meningkat 4,46 menjadi 70,47 pada 2021, dari 67,01 pada tahun 2018.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com