Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Tawa Pimpinan DPR ketika Gempa: Potret Telanjang dari Buruk Literasi dan Mitigasi Bencana Indonesia

Kompas.com - 23/11/2022, 11:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MIRIS. Buruknya literasi bencana terpampang telanjang bahkan tersiar langsung lewat media sosial dari Gedung DPR, Senin (21/11/2022). 

Pimpinan Komisi V DPR yang salah satu ruang lingkup kerjanya membidangi meteorologi, klomatologi, dan geofisika, dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai salah satu mitra kerja, justru tertawa ketika jajaran BMKG spontan berlindung di bawah meja ketika gempa mengguncang di tengah rapat mereka.

Diingatkan tentang protokol perlindungan diri saat terjadi gempa, tawa itu tak reda. Pun waktu disinggung soal protokol evakuasi, itu hanya dibantah dengan jawaban enteng.

Baca juga: Ketika Wakil Ketua Komisi V Tertawa Lihat Kepala BMKG Sembunyi di Bawah Meja Saat Gempa Terjadi....

Menjadi miris juga, aksi spontan berlindung di bawah meja ketika terjadi guncangan gempa juga hanya dilakukan jajaran BMKG. Padahal, ada juga di sana personel institusi lain yang berurusan dengan kebencanaan.

Bila literasi saja masih bikin miris, bahkan di lokasi dan pada orang-orang yang seharusnya punya akses pengetahuan memadai, apa kabar mitigasi bencana?

Darurat literasi dan mitigasi kebencanaan

Masalah pokok terkait gempa adalah waktu kemunculannya yang selalu tiba-tiba. Ia muncul sesukanya, tak terpola oleh patokan waktu manusia. Kita hanya bisa menunggu dan menunggu, sampai kemudian lupa dan tiba-tiba dikejutkan kembali oleh guncangan besar.

Ahmad Arif menuliskan serentet kalimat di atas sebagai prolog bab 4 buku Hidup Mati di Negeri Cincin Api terbitan Penerbit Buku Kompas. Dia memberi judul bab itu Negeri Gempa dan Tsunami.

Gempa selalu terjadi tiba-tiba, tak terkecuali di Indonesia. Tak terhitung gempa besar mengguncang negeri di khatulistiwa ini. Terkini, gempa berguncang dari Cianjur, Jawa Barat, pada Senin (21/11/2022) itu.

Hingga tulisan ini dibuat, sudah lebih dari 200 orang meninggal, lebih dari seribu orang terluka, dan puluhan ribu yang lain mengungsi. 

Baca juga: Fakta Terkini Gempa Cianjur, Korban Meninggal 268 Orang dan Potensi Bencana Lanjutan

Nyaris tak sejengkal pun tanah di Nusantara yang luput dari ancaman gempa, selain Kalimantan, seperti yang tertera dalam peta sejarah kegempaan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Gempa, tsunami, dan juga letusan gunung berapi telah menjadi bagian dari sejarah Nusantara dan terekam dalam mitologi serta dongeng kuno.

Sejarawan Bernard HM Vlekke dalam buku Nusantara: Sejarah Indonesia, 1961, menulis, letusan gunung dan gempa bumi begitu sering terjadi di negeri ini. Salah satu pulau yang paling sering dilanda gempa adalah Sumatera, seperti dilaporkan William Marsden dalam bukunya, Sejarah Sumatera, 1783.

”Gempa bumi paling keras saya alami terjadi di Manna (Bengkulu), tahun 1770. Sebuah kampung musnah, rumah-rumah runtuh dan habis dimakan api. Beberapa orang tewas,” demikian tulis Marsden.

Tiga paragraf di atas merupakan bagian dari artikel yang ditulis Ahmad Arif yang mengisi halaman muka harian Kompas edisi 14 September 2011 berjudul "Hidup-Mati di Negeri Cincin Api".

Tangkap layar artikel di harian Kompas edisi 14 September 2011 berjudul Hidup Mati di Negeri Cincin Api.ARSIP KOMPAS Tangkap layar artikel di harian Kompas edisi 14 September 2011 berjudul Hidup Mati di Negeri Cincin Api.

Khusus terkait gempa, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahkan pernah menyebut rata-rata setiap bulan terjadi 400 gempa di seluruh Indonesia.

Masalahnya, tak banyak orang Indonesia yang sadar dan paham mengenai risiko kebencanaan ini, apalagi mengantisipasinya. Setidaknya, survei Kompas pada 2011 memperlihatkan buruknya kesadaran bencana warga, bahkan di wilayah-wilayah paling rawan kejadian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Nasional
PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

Nasional
Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Dua Kali Absen, Gus Muhdlor Akhirnya Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Ganjar Tegaskan Tak Gabung Pemerintahan Prabowo, Hasto: Cermin Sikap PDI-P

Nasional
Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Kelakuan SYL Minta Dibayarkan Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta, Bawahan Kebingungan

Nasional
Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Gibran Siap Berlabuh ke Partai Politik, Golkar Disebut Paling Berpeluang

Nasional
PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

PPDS Berbasis Rumah Sakit, Jurus Pemerintah Percepat Produksi Dokter Spesialis

Nasional
Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polisi dari 4 Negara Kerja Sama demi Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Soal Peluang Duetkan Anies-Ahok, PDI-P: Masih Kami Cermati

Nasional
KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

KPK Kembali Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Singgung Jemput Paksa

Nasional
Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Hamas Minta JK Turut Serta dalam Upaya Damai di Palestina

Nasional
KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

KPU Pertanyakan Klaim PPP Kehilangan 5.000 Suara di Sulsel

Nasional
KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

KPU Bantah Dalil Sengketa Irman Gusman yang Ngotot Maju DPD

Nasional
Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Kontak Senjata hingga Penyanderaan Pesawat, Rintangan Pemilu 2024 di Papua Tengah Terungkap di MK

Nasional
Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com