Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siap Tampung Ganjar untuk Duet dengan Anies, Nasdem: Why Not The Best?

Kompas.com - 09/11/2022, 22:47 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya mengatakan pihaknya siap menampung Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo sebagai calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Pilpres 2024.

Hal tersebut Willy sampaikan dalam program Gaspol bertajuk "Manuver Baru Nasdem, 'Bajak' Ganjar untuk Tandem Anies?" yang tayang di YouTube Kompas.com, Rabu (9/11/2022).

Awalnya, Willy mengatakan bahwa menentukan cawapres membutuhkan usaha yang lebih besar.

Maka dari itu, Nasdem menyarankan kepada Demokrat dan PKS selaku mitra koalisi untuk mendeklarasikan koalisi terlebih dahulu. Baru kemudian mereka menyepakati siapa cawapres yang akan mendampingi Anies.

Baca juga: Kisah Surya Paloh Terima Ajakan Megawati Usung Jokowi Tanpa Syarat

Willy menjelaskan, bisa saja mereka menampung sosok yang tidak tertampung oleh koalisi manapun.

"Jangan-jangan nanti dibilang why not the best tadi. Ada saja rezeki anak soleh. Kita kan harus siap-siap. Enggak tertampung di kiri, enggak tertampung di kanan, tertampung di kita," ujar Willy, Rabu (9/11/2022) malam.

Willy lantas ditanya apakah sosok yang dimaksud adalah seseorang yang turut muncul dalam hasil Rakernas Nasdem yang berbasis di Jawa Tengah.

Sebagai informasi, Rakernas Nasdem memunculkan nama Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Ketiga nama itu muncul berdasarkan suara dari kader Nasdem seluruh Indonesia.

Anies sudah diumumkan sebagai capres, sehingga tersisa nama Ganjar dan Andika. Kebetulan, yang berasal dari Jawa Tengah adalah Ganjar.

"Itu bukan open choice. Tapi open opportunity," jawab Willy.

Baca juga: Ungkit Jasa Surya Paloh kepada Jokowi, Nasdem: Orang Bilang Reshuffle, Ingat Jas Merah!

Willy mengingatkan bahwa penentuan cawapres penuh akan kejutan.

Sehingga, partai politik kerap menciptakan element of surprise dalam menentukan cawapres.

Walau begitu, Willy tak mau berbicara secara gamblang nama cawapres yang dimaksud.

"Kalau bicara hal yang lebih detail, tentu kita tidak bisa terbuka di atas meja. Kenapa? Politik ini kan suatu hal yang art of science. Gabungan kuantitatif dan kualitatif. Tidak kawin paksa itu yang paling penting. Tidak ada hal yang dipaksa," jelasnya.

Baca juga: Usung Anies, Nasdem Dinilai Patahkan Isu Pemilu 2024 Settingan

"Kalau kawin paksa nanti jalannya enggak enak, mungkin ujungnya juga enggak enak. Apalagi ya kalau dijodohkan, semoga cocok. Kalau kita kan ingin bangun rumah tangga yang samawa," imbuh Willy.

Adapun Ganjar hingga saat ini belum mendapatkan restu dari PDI-P untuk maju sebagai capres.

Padahal, sejumlah lembaga survei mencatat bahwa Ganjar kerap mendapat elektabilitas tertinggi sebagai seorang capres.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com