Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Cekal Berdendang & Bergoyang hingga Tragedi Itaewon

Kompas.com - 31/10/2022, 12:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sebagai presiden yang bertanggungjawab atas kehidupan dan keselamatan rakyat, hati saya berat dan saya berjuang untuk mengatasi kesedihan saya.” – Yoon Suk-yeol.

Pernyataan Presiden Korea Selatan itu diserukan usai terjadinya tragedi perayaan Halloween yang menewaskan  sedikitnya 153 jiwa akibat saling dorong dan saling injak di gang sempit sepanjang 51 meter di belakang Hotel Hamiltoon, Seoul.

Musibah yang terjad di Korea Selatan juga membuat kalut warga dunia, tidak terkecuali saya sekeluarga.

Putri saya yang berkuliah di Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil Perencanaan dan Kebumian Kelas Internasional Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) tengah mengambil semester pendek di Chung Ang University, Seoul.

Begitu berita tragedi Itaewon merebak di media, saya sekeluarga mencoba menghubungi putri saya, namun selalu gagal.

Dari instagram story yang bisa kami lihat, putri saya bersama kawannya tengah mengunjungi Itaewon. Kalut, sabar serta pasrah sembari terus berdoa, terus saya sekeluarga panjatkan.

Pada Minggu siang (30 Oktober 2022), barulah chat saya sekeluarga berubah menjadi centrang biru sebagai pertanda akses komunikasi telah pulih.

Putri saya kelelahan di kamar asramanya usai bisa menghindar dari gang sempit di Itaewon, tempat tragedi terjadi.

Bersama temannya untuk mengisi waktu luang akhir pekan sembari melihat kebiasaan kaum milenial Seoul merayakan Halloween, putri saya dari stasiun kereta api bawah tanah Itaewon beranjak menyusuri jalanan sempit.

Begitu melihat kerumuman massa dan situasi mulai tidak terkendali, putri saya beserta kawannya menghindar menjauh. Keputusan tepat dari putri saya ini berakhir aman dan selamat, tetapi tidak untuk korban tewas dan korban luka.

Saya pernah mengunjugi Seoul tiga kali pada 2005, 2006, dan 2007. Tempat-tempat ikonik di Seoul seperti Itaewon, Pasar Namdaemun, Pasar Gyeondong, Pasar Gwanjang serta pemukiman sepanjang aliran Sungai Han selalu saya rekomendasikan ke putri saya untuk disambanginya.

Saya ingin, putri saya bisa belajar mengenai penataan wilayah dan kota di Seoul.

Tragedi Itaewon harus juga menjadi pembelajaran bagi kita semua bahwa musibah bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Tidak peduli terjadi di negara maju, negara berkembang atau negara pra sejahtera.

Tragedi Itaewon seperti mengulang musibah kelam di Stadion Kanjuruhan, Malang karena dari jumlah korban mendekati angka fantastis dalam hal korban jiwa.

Itaewon dan Kanjuruhan bersama delapan insiden massal lainnya, termasuk insiden terburuk di dunia dalam 10 tahun terakhir ini (Kompas.com, 30/10/2022).

Pintu keluar tribun 13 Stadion Kanjuruhan.KOMPAS.COM/Imron Hakiki Pintu keluar tribun 13 Stadion Kanjuruhan.
Jika tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur terjadi akibat pertandingan sepakbola putaran ke-11 liga 1 antara Arema FC dengan Persebaya Surabaya (1 Oktober 2022) karena pola penanganan pihak keamanan dan pihak manajemen pertandingan yang amburadul.

Sementara tragedi Itaewon terjadi karena salah antisipasi pihak keamanan dalam mengamankan jalannya perayaan Halloween.

Dua-duanya akibat faktor human error, dan dua-duanya memakan korban jiwa dan korban luka massal.

Jika tragedi Kanjuruhan merenggut 135 orang termasuk 40 anak-anak, maka tragedi Itaewon menelan 153 jiwa korban meninggal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com