JAKARTA, KOMPAS.com - Wanda Hamidah tidak hanya dikenal sebagai aktris, tetapi juga aktivis dan politisi.
Lebih dari dua dekade wajahnya wara-wiri di jagat politik tanah air. Dalam perjalanannya, Wanda berpindah dari satu partai politik ke parpol lain.
Perempuan kelahiran 21 September 1977 itu mengawali karier politiknya di bawah Partai Amanat Nasional (PAN), lalu berpindah ke Partai Nasdem. Kabar terbaru, Wanda bergabung ke Partai Golkar.
Baca juga: Golkar Resmi Kenalkan Wanda Hamidah Sebagai Kader
Berikut rekam jejak Wanda Hamidah sebagai aktivis dan di panggung politik.
Sebelum terjun ke politik, Wanda vokal menyuarakan reformasi. Saat itu, tahun 1998, dia yang masih berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta ikut mendorong tumbangnya rezim Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto.
Bersama rekan-rekannya sesama mahasiswa, Wanda terjun unjuk rasa menuntut perbaikan pemerintahan. Saat itu, terjadi krisis moneter yang memporak-porandakan ekonomi rakyat.
Wanda juga lantang menolak rezim otoriter. Dia mengkritik keras penculikan para aktivis, pembatasan kebebasan berpendapat, hingga pelarangan buku oleh pemerintah.
“Kita tahu para aktivis yang kritis itu pada saat itu diculik, disiksa dan banyak yang meninggal dunia jadi resiko-resiko itu harus kita hadapi jadi betapa mencekam dan mengerikannya pada saat itu ketika kita bersikap kritis terhadap pemerintah,” kata Wanda dalam pernyataannya, 1 Oktober 2019, dikutip dari laman resmi Partai Nasdem.
Baca juga: Tinggalkan Nasdem, Wanda Hamidah: Saat Ini Golkar Partai yang Tepat untuk Berjuang
Pascatragedi Trisakti 12 Mei 1998, Wanda tidak hanya aktif menyuarakan agenda reformasi, tetapi juga penegakan hak asasi manusia (HAM). Dia pernah dipercaya sebagai juru bicara Tim Penuntasan Tragedi Berdarah Trisakti.
Wanda pun berjanji untuk meneruskan perjuangan rekan-rekannya sesama mahasiswa yang gugur dalam demonstrasi.
"Saya berjanji akan meneruskan perjuangan mereka," kata Wanda seperti diberitakan Harian Kompas, 7 Juni 2011.
Wanda pernah terang-terangan menyayangkan keputusan Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) saat itu, Salahudin Wahid, yang menjadi calon wakil presiden (cawapres) Wiranto untuk Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.
Wiranto dan Salahudin Wahid atau Gus Solah maju sebagai capres cawapres Partai Golkar.
Baca juga: Wanda Hamidah: Saya Ingin di Partai yang Perjuangkan Keadilan, Bukan Menzalimi Rakyat
Ketika itu, Wanda begitu khawatir jika Wiranto dan Gus Solah terpilih, agenda reformasi bakal semakin jauh dari harapan.
"Ya kita kan tahu, siapa Gus Solah dan siapa Wiranto? Komnas HAM sendiri sudah menegaskan, Wiranto masih diduga bertanggung jawab terhadap Tragedi Trisakti, Semanggi I dan II, serta Kerusuhan Mei 1998," kata Wanda, 4 Mei 2004, dikutip dari Harian Kompas.