Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penembakan Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan Diduga Sistematis Tanpa Persiapan Medis Memadai

Kompas.com - 10/10/2022, 06:10 WIB
Vitorio Mantalean,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penembakan gas air mata ke tribun Stadion Kanjuruhan, Malang, pada 1 Oktober 2022 diduga dilakukan tanpa persiapan yang memadai, termasuk dalam hal kesiapan medis.

Sebagai informasi, buntut dari tembakan gas air mata yang dilontarkan polisi ke tribun selatan stadion tersebut, sedikitnya 131 orang tewas akibat berdesakan ke luar stadion dalam keadaan sesak napas.

Direktur Lokataru, Haris Azhar menyebutkan bahwa jika tembakan gas air mata ditujukan untuk memukul mundur massa, maka pemetaan dampaknya harus sudah dilakukan.

Baca juga: Anggota TGIPF Sebut Stadion Kanjuruhan Perlu Dibenahi untuk Gelar Pertandingan Risiko Tinggi

Pemetaan dampak ini tidak ditemukan, menurutnya, baik dalam kenyataan yang ditemukan di lapangan maupun keterangan tertulis.

"Dampak buruknya apa, kan pasti butuh bantuan medis. Ternyata itu tidak mumpuni," kata Haris kepada Kompas.com pada Minggu (9/10/2022).

"Kalau sistematis, sudah jelas sistematis karena ada mobilisasi," lanjutnya.

Lokataru bersama dengan sejumlah elemen sipil, seperti Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Indonesia dan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) tengah menempuh investigasi independen atas tragedi stadion terburuk kedua sepanjang sejarah olahraga modern di dunia itu.

Baca juga: Lokataru Sebut Pengusutan Tragedi Kanjuruhan Tak Bisa Berhenti Sampai Kapolres dan Komandan Lapangan

"Masak, mau bawa pasukan dengan gas air mata puluhan biji untuk menghalau 42.000 penonton, ditanya rasio keterpaparannya berapa, enggak ada. Harusnya ada dalam perencanaan. Dalam dokumen yang kita punya, itu enggak ada keterangan soal berapa mobil ambulans (yang disiagakan)," jelasnya.

"Saya mau bilang bahwa syarat untuk mengatakan ini direncanakan, cukup kuat," tambah Haris.

Ia menambahkan, satu orang saksi yang dimintai keterangan oleh mereka mengaku hanya diberikan air ketika dimasukkan ke dalam mobil ambulans.

"Tidak dikasih oksigen, tidak dikasih apa," ujarnya.

Baca juga: Lokataru Duga Gas Air Mata yang Digunakan Saat Tragedi Kanjuruhan Expired

Hasil investigasi sejauh ini oleh Lokataru cs, tidak terdapat pertolongan segera, baik oleh aparat kepolisian maupun panitia pelaksana, ketika gas air mata ditembakkan.

Terlebih, sejumlah pintu keluar tribun selatan Stadion Kanjuruhan justru dalam keadaan terkunci ketika para suporter berebut keluar stadion.

Hal ini semakin menguatkan dugaan bahwa para pemangku kepentingan tidak mempersiapkan konsekuensi tembakan gas air mata oleh aparat.

Menurut mantan Koordinator Kontras tersebut, situasi ini mencurigakan.

"Ini aneh. Ini semakin mendorong kecurigaan bahwa ini ada unsur kesengajaan untuk mengakibatkan dampak buruk pada pada penonton," kata Haris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com