Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Refleksi HUT Ke-77 RI: Menuju Kemerdekaan Pangan dan Energi (Bagian 2 - Habis)

Kompas.com - 08/08/2022, 09:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TENTU saja, peringatan Kepala Negara Joko Widodo mengenai ancaman krisis pangan dan energi bukan untuk menakut-nakuti rakyat Indonesia.

Namun, sebaliknya Presiden Jokowi ingin agar pemerintah dan seluruh elemen bangsa berpikir dan bergotong royong mengupayakan solusinya.

Baca artikel sebelumnya: Refleksi HUT Ke-77 RI: Menuju Kemerdekaan Pangan dan Energi (Bagian I)

Mengatasi ancaman krisis pangan

Tak dapat disangkal kerawanan pangan adalah isu yang berbahaya karena tidak berdiri sendiri.

Keluarga berpenghasilan rendah dapat dipengaruhi oleh beberapa masalah yang tumpang tindih seperti isolasi sosial, masalah kesehatan akut dan kronis, kurangnya perumahan yang terjangkau, upah rendah, dan biaya medis yang tinggi.

Faktor-faktor ini juga dapat mengakibatkan kerawanan pangan dan sebaliknya, menjadikannya keadaan kehidupan yang kompleks dan lebih berbahaya.

Untuk memecahkan masalah krisis pangan, PBB, misalnya, mengajukan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yang harus dicapai pada tahun 2030.

Mencapai ketahanan pangan, dan perbaikan gizi, mengakhiri kelaparan dan mempromosikan pertanian berkelanjutan adalah tujuan kedua.

Oleh karena itu, setiap individu, keluarga, kelompok, organisasi, korporasi, lembaga dan pemerintah harus mencapai ketahanan pangan sebelum tahun 2030.

Bishop, M. lewat bukunya The Cycle of Food Insecurity (2017) menyatakan harus diakui tidak banyak yang telah dilakukan oleh lembaga dan negara di dunia untuk mengatasi krisis pangan.

Meski demikian, tetap ada harapan bahwa ada keamanan pangan pada masa depan. Asalkan seluruh elemen masyarakat mau terlibat untuk melakukan beberapa hal sebagai berikut.

Pertama, mengurangi limbah makanan. Menurut dia, makanan terbuang terutama karena persiapan yang tidak efisien, jalan bergelombang atau buruk, pelanggan yang terlalu selektif, dan fasilitas penyimpanan yang tidak memadai.

Jika fasilitas penyimpanan ditingkatkan dan ada persiapan yang memadai tentang bagaimana makanan akan digunakan, akan lebih sedikit makanan yang terbuang, dan akan ada komunitas yang lebih aman terhadap makanan.

Kedua, mengurangi risiko komersialisasi jika pangan ditanam untuk tujuan memberi makan masyarakat atau bangsa, tingkat kerawanan pangan akan turun.

Petani dapat memproduksi lebih banyak tanaman pangan dan akan mampu menghasilkan tanaman komersial jika ada cukup tanaman pangan di pasar.

Risiko komersialisasi makanan akan lebih kecil jika pangan cukup di pasar. Pemerintah juga harus menerapkan program yang memungkinkan petani mengetahui kapan ada cukup makanan untuk semua orang.

Ketiga, meningkatkan pembangunan infrastruktur. Jika infrastruktur diperbaiki, lebih banyak makanan akan tersedia di pasar dan tingkat kerawanan pangan bisa turun.

Keempat, meningkatkan kebijakan perdagangan. Sejumlah petani gagal memberi makan masyarakat karena kebijakan perdagangan yang tidak adil.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com