DALAM beberapa tahun terakhir, sebanyak 63 negara melaporkan paling tidak satu kematian dari setiap serangan teroris, meskipun angka kematian mengalami penurunan selama lima tahun berturut-turut (Vision of Humanity, 2022).
Hal tersebut menunjukkan bahwa terorisme masih menjadi ancaman serius bagi keamanan global.
Indonesia menjadi salah satu negara yang belum bisa bebas dari terorisme. Sejak tahun 2000 hingga 2021, telah terjadi 552 aksi teror di Indonesia (Tim Analis LAB 45, 2021).
Pada periode ini, terjadi transisi dari serangan pola kelompok seperti yang dilakukan JI yang berafiliasi dengan Al-Qaeda ke serangan pola tunggal atau sel seperti yang dilakukan oleh kelompok yang berafiliasi dengan ISIS.
Pergeseran ini terjadi pada tahun 2016 atau kurang lebih sekitar 2 tahun setelah berdirinya ISIS pada tahun 2014.
Imbas dari munculnya ISIS adalah seluruh negara di dunia menghadapi ancaman serangan teror dari dua organisasi transnasional dan keduanya ini sungguh berbahaya karena mampu mengindoktrinasi para pengikutnya dengan sangat kuat.
Bahkan, basis kekuatan ISIS masih solid meskipun kelompok transnasional telah mengalami sejumlah kekalahan.
Radikalisasi menjadi faktor pendorong utama bagi para pelaku dalam melaksanakan aksi teror.
Secara sederhana, radikalisasi dapat dipahami sebagai sosialisasi ideologi yang menyebabkan orang atau sekelompok orang akhirnya mempunyai pemikiran yang radikal, hingga menggunakan segala cara termasuk aksi kekerasan yang menimbulkan korban jiwa untuk mencapai tujuan.
Fathali M Moghaddam (2005) menyebutkan bahwa proses radikalisasi yang terjadi pada seseorang sebelum melakukan aksi teror terdiri dari enam tahapan.
Tahapan yang disebut oleh Moghaddam sebagai staircase to terrorism ini mulai dari: tahap ground floor, first floor, hingga fifth floor.
Menurut Moghaddam, ground floor merupakan tahapan di mana individu mengalami semacam ketidakadilan serta perasaan frustrasi dan malu dengan masyarakat di mana dia tinggal.
Setelah mengalami perasaan tersebut, individu akan bergerak ke tahapan first floor, yaitu tahapan di mana individu mencari solusi bagi masalah yang dialaminya.
Ketika individu merasa yakin dengan solusi yang dimilikinya, maka dia akan bergerak ke second floor, yaitu tahapan di mana individu mempersiapkan diri untuk melakukan semacam agresi.
Dalam tahapan ini, individu mulai menerima alasan moral yang mendorong terjadinya aksi terorisme.