Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herry Darwanto
Pemerhati Sosial

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Indonesia Negara yang “Kurang Baik”

Kompas.com - 08/07/2022, 08:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA ternyata negara yang “kurang baik”. Good Country Index 2022 menempatkan Indonesia pada urutan ke-83 dari 169 negara yang disurvei.

Good Country Index/GCI (https://www.goodcountry.org/) atau Indeks Kebaikan Negara mengukur seberapa besar kontribusi suatu negara terhadap hal-hal pokok yang memengaruhi kemanusiaan dan lingkungannya.

Semakin besar kontribusi suatu negara terhadap dunia, semakin “baik” negara itu.

“Baik” di sini bukan lawan dari “buruk”, melainkan lawan dari “selfish” atau egois. Dengan kata lain, semakin “baik” peringkat GCI suatu negara, semakin “berjiwa sosial” negara itu terhadap kemanusiaan dan terhadap lingkungan (alam).

Menurut penggagas GCI Simon Anholt (diplomaticourier.com, 29/03/2022), penyusunan indeks ini tidak untuk mempermalukan suatu negara, melainkan untuk menunjukkan seberapa besar peran negara itu terhadap kemanusiaan dan lingkungan dibandingkan dengan negara-negara lain.

Data

Ada 35 indikator yang digunakan untuk menyusun GCI, yang dikelompokkan dalam tujuh kategori kontribusi global, yaitu:

  1. Ilmu pengetahuan dan teknologi/iptek (science & technology)
  2. Kebudayaan (culture)
  3. Perdamaian dunia (international peace and security)
  4. Ketertiban dunia (world order)
  5. Lingkungan hidup (planet and climate)
  6. Kekayaan dan kemerataan (prosperity & equality)
  7. Kesehatan dan kesejahteraan (health & wellbeing).

Untuk setiap kategori ditentukan lima indikator untuk mengukur nilai kategori. Setiap indikator memiliki bobot yang sama dalam menentukan skor kategori, dan bobot setiap kategori dalam skor akhir (GCI) juga sama.

Kategori iptek diukur dari jumlah mahasiswa asing yang ada di negara itu, ekspor majalah, jurnal ilmiah dan surat kabar; jumlah artikel ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal internasional, jumlah penerima hadiah Nobel, dan jumlah paten internasional.

Kategori kebudayaan diukur dari jumlah acara internasional yang diselenggarakan, ekspor barang dan jasa budaya, tunggakan iuran untuk UNESCO, jumlah negara yang dapat dimasuki warga negara tanpa visa, dan tingkat kebebasan pers.

Kategori perdamaian dunia diukur dari jumlah pasukan penjaga perdamaian PBB, tunggakan iuran untuk misi penjaga perdamaian PBB, jumlah korban akibat kekerasan terorganisir internasional, ekspor senjata dan amunisi, dan skor indeks keamanan siber.

Kategori ketertiban dunia diukur dari persentase penduduk yang memberikan amal menurut Charities Aid Foundation, jumlah pengungsi asing, jumlah pengungsi di negara lain, angka kelahiran penduduk, jumlah perjanjian PBB yang ditandatangani.

Kategori lingkungan diukur dari banyaknya jejak ekologis (emisi CO2), persentase kepatuhan terhadap perjanjian lingkungan, ekspor pestisida berbahaya, porsi energi terbarukan dalam bauran energi, dan konsumsi bahan perusak ozon.

Kategori kekayaan dan kemerataan diukur dari nilai perdagangan luar negeri, jumlah relawan PBB ke luar negeri, nilai pencucian uang dan pendanaan teroris, aliran keluar penanaman modal asing (PMA), kontribusi kerjasama pembangunan.

Kategori kesehatan dan kesejahteraan diukur dari dana bantuan pangan PBB,
ekspor obat-obatan, sumbangan untuk organisasi kesehatan dunia (WHO), bantuan untuk pengungsi, kepatuhan terhadap peraturan kesehatan internasional.

Data dihimpun dari lembaga-lembaga di bawah PBB, Bank Dunia dan organisasi non-pemerintah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com