JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ibnu Khajar menilai mantan atasannya yang juga mantan presiden ACT Ahyudin sebagai orang yang otoriter.
"Kalau teman-teman mengenal sosok beliau, kepemimpinannya gaya kepemimpinan yang one man show, cenderung otoriter," kata Ibnu saat konferensi pers di Kantor ACT Menara 165, TB Simatupang Jakarta Selatan, Senin (4/7/2022).
Sikap otoriter tersebut, kata Ibnu, membuat organisasi ACT menjadi tidak nyaman.
Baca juga: Presiden ACT Sampaikan Permohonan Maaf ke Donatur dan Masyarakat Indonesia
Para petinggi ACT kemudian bersepakat untuk menyidang Ahyudin agar tidak berlaku otoriter saat memimpin lembaga donasi kemanusiaan itu.
Namun, bukan malah diterima, nasihat tersebut disambut dengan surat pengunduran diri Ahyudin dari organisasi ACT.
"Sehingga ini dari organisasi terjadi ketidaknyamanan sehingga sepakat dinasehati dan beliau memilih untuk memundurkan diri," ucap Ibnu.
Ahyudin sendiri sudah memimpin ACT selama 17 tahun.
Baca juga: PPATK Temukan Indikasi Penyelewengan Dana ACT untuk Kepentingan Pribadi dan Aktivitas Terlarang
Ibnu mengatakan, pengunduran diri Ahyudin berkaitan dengan beragam masalah yang timbul dalam internal ACT.
Dia juga membenarkan sebagian masalah yang terjadi seperti yang diberitakan Majalah Tempo yaitu operasional gaji pimpinan yang sempat menembus Rp 250 juta per bulan yang diambil dari donasi para donatur.
Selain itu, masalah fasilitas mewah seperti mobil operasional Alphard untuk para petinggi ACT juga sempat dibenarkan oleh Ibnu sebelum akhirnya mengaku mobil itu dijual untuk keperluan program yang tersendat akibat kekurangan uang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.