Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Ir. Dimitri Mahayana, M. Eng, CISA, ATD
Dosen STEI ITB & Founder Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Indonesia

Dimitri Mahayana adalah pakar teknologi informasi komunikasi/TIK dari Bandung. Lulusan Waseda University, Jepang dan ITB. Mengabdi sebagai Dosen di STEI ITB sejak puluhan tahun silam. Juga, meneliti dan berbagi visi dunia TIK kepada ribuan profesional TIK dari ratusan BUMN dan Swasta sejak hampir 20 tahun lalu.

Bisa dihubungi di dmahayana@stei.itb.ac.id atau info@sharingvision.com

Menjaga Level Waspada Pandemi Covid-19

Kompas.com - 28/06/2022, 05:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA awal Mei 2021 lalu, dengan berbasis data science berupa pemodelan SIR (Susceptible-Infective-Removed) yang dikembangkan Kermack-McKendrick tahun 1927, penulis telah mensimulasikan bahwa perkembangan virus Corona pada fase pandemi akan terus terjadi di Indonesia setidaknya hingga Juli 2022.

Pada penelitian SIR tersebut, penulis beserta tim menggunakan bahasa pemrograman Python versi 3.7 dengan memanfaatkan library analisis penyebaran COVID-19 berdasarkan model SIR, yakni Covsir Phy (https://lisphilar.github.io/covid19-sir/) yang dirilis oleh peneliti riset klinis Jepang, Lisphilar.

Penelian tersebut muncul sebagai respons kasus besar saat itu di India. Negara tersebut menjadi salah satu negara yang juga menerapkan program vaksinasi, namun masyarakatnya malah jadi kurang menerapkan protokol kesehatan yang benar.

Sebagai dampaknya, India kala itu menghadapi gelombang pandemi COVID-19 yang kedua dengan lonjakan kasus sangat signifikan.

Lonjakan kasus begitu besar semata-mata terjadi karena lengahnya masyarakat akibat merasa vaksinasi telah dijalankan lalu banyak mengabaikan protokol kesehatan hingga melangsungkan kegiatan keagamaan dan politik yang diselenggarakan secara masif.

Merujuk hal-hal itu, penulis seketika mengingatkan masyarakat Indonesia tidak euphoria. Hal ini merujuk fakta saat Lebaran 2021, ketika tumpahan masyarakat berwisata terlihat di banyak tempat dengan mengabaikan protokol kesehatan.

Dan benar saja... bom waktu kala itu terjadi manakala puncak varians Delta terjadi pada Juni-Juli tahun lalu.

Kita hidup mencekam saat itu, manakala sirene ambulans nyaring terdengar setiap saat, oksigen medis habis di mana-mana, serta tingkat hunian rumah sakit mendekati tingkat kritis.

Sebagai bangsa yang besar, tentu kita tidak ingin jatuh di lubang yang sama. Terlebih, beberapa kondisi ada kemiripan dengan tahun lalu seperti saat ini.

Seperti periode setelah Idul Fitri dan mendekati Idul Adha, selepas libur Lebaran mendekati libur panjang semesteran pelajar dan mahasiswa, serta protokol melonggar di banyak tempat.

Kondisi kesamaan periode tersebut saat ini bisa bertambah memburuk manakala asumsi mayoritas masyarakat soal varians Omicron adalah lemah.

Tidak seganas jenis Alpha apalagi Delta, sehingga jangan terlalu ketakutan dan bukan sebuah pelanggaran sosial apabila kemudian abai protokol.

Mendekati situasi pemikiran semacam ini, ada beberapa hal yang penulis merasa perlu ingatkan sebagai sebuah tanggungjawab sosial akademisi/ilmuwan.

Hal ini juga mengingat pengamatan yang lebih mendalam terhadap model dinamika SIR yang diasumsikan bisa memprediksi penyebaran dan penularan Covid 19 yang didukung data terakhir mengkonfirmasi bahwa Indonesia sedang di fase awal memasuki gelombang keempat Covid 19!

Respons dan perilaku dalam arti derajat kepatuhan masyarakat pada prokes (5M) akan ikut menentukan apakah gelombang keempat ini hanya akan merupakan riak kecil, atau akan merupakan gelombang yang sangat dahsyat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com