Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Sebut Megawati Blunder Besar Komentari Emak-emak yang Mengantre Minyak Goreng

Kompas.com - 19/03/2022, 15:26 WIB
Ardito Ramadhan,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, menilai Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri telah melakukan blunder karena mengomentari ibu-ibu yang mengantre minyak goreng dengan istilah "njlimet".

Menurut Umam, pernyataan Mega tersebut tidak sensitif dengan realitas sosial, di mana sudah ada ibu-ibu yang meninggal dunia akibat mengantre minyak goreng.

"Pernyataan Bu Mega yang melabeli perilaku ibu-ibu yang mengantri beli minyak goreng dengan istilah "njlimet", jelas itu blunder besar. Apalagi sudah jatuh 2 korban nyawa ibu-ibu. Seolah tidak sensitif pada realitas sosial yang sesungguhnya," kata Umam saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (19/3/2022).

Baca juga: Pernyataan Megawati soal Minyak Goreng Dinilai Blunder dan Tak Solutif

Umam berpandangan, pernyataan Megawati juga tidak sejalan dengan jargon "pro-wong cilik" yang selama ini didedengungkan oleh Megawati maupun PDI-P sendiri.

Ia mengatakan, masyarakat Indonesia mengonsumsi minyak goreng bukan karena tidak paham atas aspek kesehatan, tetapi karena keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Ia menyebutkan, gorengan merupakan alternatif makanan yang murah dan telah membudaya khususnya menjelang bulan Ramadan yang akan segera tiba.

"Blunder statement Bu Mega membuka ruang interpretasi publik, bahwa jargon 'pro wong cilik' itu ternyata hanya sebatas permainan bahasa elite, yang sejatinya tidak nyambung dengan napas kehidupan rakyat yang sesungguhnya," ujar Umam.

Menurut Umam, jika blunder semacam ini terus terjadi dan tidak dikelola dengan baik, maka elektabilitas PDI-P dapat tergerus.

Baca juga: Megawati Pernah Kritik Jokowi soal Minyak Goreng Mahal, Kini Heran Ibu-ibu Berebutan

Di sisi lain, Umam menilai, Megawati semestinya paham bahwa masalah kelangkaan minyak goreng adalah masalah kebijakan publik.

Oleh karena itu, sebagai pemilik kekuatan politik besar, Megawati dinilai mesti lebih memperhatikan ketidakberdayaan instrumen negara dan pemerintah yang dibuat tak berdaya oleh instrumen pasar.

"Mega seharusnya lebih kritis dalam mencermati dan mengurai persoalan tersebut, bukan mempermasalahkan ibu-ibu mengantre membeli minyak goreng," kata dia.

Diberitakan sebelumnya, Megawati mengaku heran ibu-ibu rela mengantre membeli minyak goreng. Dia bertanya-tanya, apakah ibu-ibu setiap hari hanya menggoreng saja sampai minyak goreng jadi rebutan.

"Saya sampai mengelus dada, bukan urusan masalah nggak ada atau mahalnya minyak goreng, saya sampai mikir, jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng sampai begitu rebutannya?" kata Megawati dalam webinar "Cegah Stunting untuk Generasi Emas" yang disiarkan Youtube Tribunnews, Jumat (18/3/2022).

Padahal, menurut Mega, selain digoreng, ada banyak cara untuk membuat makanan. Bisa dengan direbus, dibakar, atau dikukus.

"Apa tidak ada cara untuk merebus, lalu mengukus, atau seperti rujak, apa tidak ada? Itu menu Indonesia, lho. Lha kok njelimet (rumit) gitu," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nasional
Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Nasional
[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com