JAKARTA, KOMPAS.com - Kompleks Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl di Pripyat, Ukraina kembali menjadi bahan pembicaraan setelah lokasi itu dikuasai oleh tentara Rusia yang menyerbu negara itu sejak Kamis (24/2/2022) lalu.
Di tempat itu juga pernah terjadi bencana karena ledakan di unit 4 reaktor pada 26 April 1986 dini hari. Ketika itu Ukraina masih menjadi bagian dari Uni Soviet.
Peristiwa itu terjadi ketika para teknisi melakukan uji sistem keamanan reaktor jika terjadi pemadaman listrik dan membuat pasokan air sebagai pendingin terhenti.
Akibat kekeliruan prosedur, suhu reaktor itu meningkat tajam dan akhirnya meledak. Sebanyak 50-185 juta radionuklida pun lolos ke atmosfer akibat ledakan reaktor itu.
Baca juga: Dikuasai Pasukan Rusia, Aktivitas Radiasi di Chernobyl Meningkat 20 Kali
Jumlah tersebut lebih banyak daripada yang diciptakan oleh bom atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Radioaktivitas ini kemudian menyebar ke Belarusia, Rusia, Ukraina, hingga ke arah Perancis dan Italia.
Jutaan hektar hutan dan lahan pertanian pun ikut terkontaminasi. Tak hanya itu, bertahun-tahun setelah tragedi, banyak hewan ternak yang terlahir cacat dan banyak manusia yang menderita sindrom radiasi akut. Pada 2005, sebanyak 7.000 penderita kanker tiroid tercatat di Ukraina, Belarusia, dan Rusia yang diperkirakan akibat radiasi nuklir.
Penyebaran debu radioaktif dari juga membuat masyarakat Indonesia was-was. Sebab saat itu beredar kabar kalau zat-zat radioaktif dari Chernobyl bisa terbawa oleh kawanan burung yang bermigrasi dari Uni Soviet dan sekitarnya ke Asia Tenggara.
Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) mencoba menenangkan masyarakat supaya tidak panik. Budi Santoso Sudarsono yang ketika itu menjabat sebagai Deputi Bidang Penelitian Dasar dan Aplikasi Batan mengatakan, masyarakat tidak usah panik karena saat itu para ahli belum menemukan unsur radioaktif lain dalam udara, kecuali yodium.
Baca juga: Alasan Mengapa Rusia Rebut Chernobyl dari Ukraina
Menurut Budi, masa paruh (half life) yodium hanya berlangsung 8 hari. Sedangkan migrasi kawanan burung itu diperkirakan baru tiba pada Oktober.
Selain itu, yodium pun akan mudah didaur oleh alam.
Ahli pengobatan nuklir di Rumah Sakit Pusat Pertamina Prof. Sutarman menambahkan, masyarakat tidak usah khawatir dengan isu penyebaran debu radioaktif dari Chernobyl. Menurut dia zat radioaktif menjadi berbahaya bagi manusia jika sudah melewati ambang batas, yakni 5.000 mili-REM dalam setahun.
Sutarman juga mengatakan, zat radioaktif tidak bisa mengakhiri hidup seseorang secara cepat. Dia mengambil contoh soal ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, oleh Amerika Serikat pada Perang Dunia II.
Ketika itu sebagian besar penduduk yang tewas seketika disebabkan oleh ledakan bom. Sedangkan yang terpapar zat radioaktif adalah mereka yang tinggal jauh dari area ledakan.
Sumber:
KOMPAS 14 Mei 1986: Masyarakat Tak Perlu Gelisah Terkena Radioaktif Chernobyl
KOMPAS 3 Juni 1986: Radiasi Chernobyl Tak Membahayakan RI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.