Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Soekarno Ogah Masjid Istiqlal Dibangun Berbahan Kayu dan Dana Patungan Rp 500.000

Kompas.com - 22/02/2022, 08:54 WIB
Elza Astari Retaduari

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Masjid Istiqlal hari ini resmi berdiri selama 44 tahun sejak peresmian pada 22 Februari 1978. Sejarah pembangunan Masjid yang berada di Jakarta Pusat ini menjadi salah satu sejarah pembangunan besar di Indonesia.

Berlokasi berseberangan dengan Gereja Katedral, Masjid Istiqlal pun menjadi simbol toleransi antaragama.

Pembangunan awal Masjid Istiqlal tercetus atas ide Presiden Soekarno di tahun 1950-an. Pemancangan tiang pertama dilakukan tahun 1961.

Butuh 17 tahun hingga akhirnya Masjid Istiqlal berdiri. Penyebab lamanya pembangunan masjid ini dikarenakan beragam gejolak politik dan ekonomi.

Mulai dari, minimnya dana yang dimiliki akibat krisis ekonomi pada 1960-an hingga meletusnya peristiwa G30S/PKI.

Baca juga: Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Bantu Warga Sekitar yang Terdampak Pandemi Covid-19

Dengan berbagai permasalahan, Masjid Istiqlal akhirnya selesai dibangun dan diresmikan Presiden Soeharto pada 22 Februari 1978.

Dalam buku Solichin Salam berjudul "Masjid Istiqlal Sebuah Monumen Kemerdekaan", Soekarno sempat menceritakan awal mula ide pembangunan Masjid Isriqlal.

Hal tersebut ia sampaikan saat pemancangan tiang pertama Masjid Istiqlal tanggal 24 Agustus 1961.

Menurut Soekarno, ide awal pembangunan Masjid Istiqlal sebenarnya muncul tahun 1944 dalam pertemuan sejumlah ulama dan pimpinan organisasi dan tokoh-tokoh Islam di kediamanannya yang berada di Pegangsaan Timur.

Ulama dan tokoh-tokoh Islam tersebut menginginkan dibangun sebuah masjid agung di kota Jakarta yang sudah lama diinginkan umat Islam.

Baca juga: Masjid Istiqlal, Ekspresi Rasa Syukur Kemerdekaan hingga Toleransi

Soekarno sendiri lebih sering menyebut pembangunan masjid ini dengan nama Masjid Jami' yang sama artinya dengan masjid agung.

"Kawan-kawan yang berkumpul di situ menghendaki agar supaya pekerjaan (membangun masjid agung) ini lekas dimulai," ucap Soekarno, seperti dikutip Kompas.com, Selasa (22/02/2022).

Kepada para ulama, Soekarno lantas menanyakan soal biaya yang sudah disiapkan untuk membangun Masjid Istiqlal. Para ulama dan tokoh-tokog tersebut mengatakan bisa menjamin pendanaan Rp 500.000 dari dari hasil patungan.

Soekarno merasa uang tersebut tidak cukup. Sebab ia ingin agar Masjid Istiqlal dibangun secara megah dan kokoh.

"Saya berkata hoooh, itu uang lima ratus ribu rupiah, setengah juta, bukan apa-apa, tidak cukup, jauh tidak cukup," kata Soekarno.

Para ulama dan tokoh Islam saat itu sempat berusaha meyakinkan Soekarno bahwa dana yang sudah disiapkan cukup. Selain itu, para ulama dan tokoh Islam tesebut juga mengatakan banyak Umat Islam juga siap untuk menyumbang kayu, bahan bangunan, kapur dan genteng.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com