JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai tren peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia tak jauh berbeda dari banyak negara lain.
Ia memprediksi, saat puncak lonjakan kasus yang diperkirakan terjadi pada akhir Februari, kasus kematian akibat Covid-19 akan didominasi kelompok dewasa.
"Ini (terlihat) di tren global, karena umumnya kelompok dewasa muda ini sangat aktif, interaksinya tinggi, mobilitasnya tinggi dan cenderung abai, abai itu merasa kuat sehingga dia enggak mengejar booster, banyak bergerombol, tidak pakai masker, ini yang akhirnya membuat mereka sangat rawan," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (18/2/2022).
Dicky mengatakan, kelalaian menerapkan protokol kesehatan dan belum mendapatkan vaksinasi dosis kedua pada kelompok dewasa ini akan memperburuk kondisi saat terpapar Covid-19 varian Omicron bahkan bisa meninggal.
"Ini terjadi di negara-negara yang cakupan vaksinasi dua dosis belum mencapai target dan masih di bawah 80 persen, ini yang berbahaya," ujarnya.
Baca juga: Ini Beda Gejala Omicron dan Penyakit akibat Polusi Udara
Dicky mengatakan, seiring dengan melewati puncak lonjakan kasus, tren kematian akibat Covid-19 juga akan bertambah pada kelompok rentan yaitu lansia, penderita komorbid dan anak.
Ia memprediksi, tren peningkatan kematian akan terjadi selama dua sampai tiga pekan setelah puncak lonjakan.
"Ini yang harus dicegah, dimitigasi karena kalau tidak, ya, kita bisa lihat angka kematian ini bisa mendekati atau menyamai bahkan potensi lebih dari waktu delta, ada potensi itu," ucapnya.
Baca juga: Tren Covid-19 Terkini, Benarkah Indonesia Sudah Dekati Puncak Pandemi Gelombang Omicron?
Berdasarkan hal tersebut, Dicky mengatakan, upaya mitigasi lonjakan kasus Covid-19 sangat bergantung pada perilaku masyarakat yang disiplin menerapkan protokol, percepatan vaksinasi dan penemuan kasus Covid-19 secara dini agar dapat segera mendapatkan penanganan yang baik.
"Ini semua ini akan berpengaruh dan ingat Omicron ini tidak bisa diremehkan dan sangat sangat serius dan angka kematian sekali lagi juga masih jauh dari yang sebenarnya terjadi di masyarakat," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.