Untuk memperluas pemasaran pesawat CN235 di pasar internasional, PT DI baru saja menandatangani kerja sama dengan Jet Investment Group SARL di Hanggar Fixed Wing Final Assembly Line, PT DI, Bandung, Jawa Barat, Rabu (2/2/2022).
Penandatanganan disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Dilansir dari Kompas.id, pesawat pertama CN235 diproduksi pada tahun 1983. Nama CN235 sendiri merupakan singkatan dari Casa Nurtanio 2 mesin 35 penumpang.
Peresmian prototipe pesawat CN235 dilakukan oleh Presiden Soeharto di hanggar PT Nurtanio atau PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN), yang merupakan nama PT DI sebelumnya, pada Sabtu (10/9/1983).
Baca juga: PT DI Kirim Pesawat CN235-220 Pesanan Tentara Nepal ke Khatmandu
Soeharto didampingi oleh BJ Habibie yang saat itu menjabat sebagai Menristek sekaligus Dirut IPTN. Suasana haru dan bangga mengiringi roll out pesawat CN235 di hanggar IPTN di Bandung.
Dalam upacara peresmian, pesawat pertama CN235 diberi nama "Tetuko" oleh Presiden Soeharto. Tetuko merupakan nama tokoh wayang, Gatotkaca sewaktu ia digembleng di Kawah Candradimuka saat masih bayi.
Presiden Soeharto bahkan mengucurkan air bunga dari dalam kendi ke hidung Tetuko saat membuka selubung pesawat. Hal tersebut dimaksudkan sebagai bentuk restu.
Penyiraman air bunga pun dianggap sebagai menyiramkan "banyu gege" pada jabang bayi "Tetuko" agar ia cepat besar dan banyak produksinya.
Baca juga: Kemenhan Segera Boyong 10 Pesawat CN-235
Pembuatan pesawat CN235 awalnya merupakan kerja sama antara IPTN dengan perusahaan pesawat terbang Spanyol Construcciones Aeronautica SA atau CASA (Airbus Defence and Space) dengan skala 50:50 untuk permodalan, produksi, dan pemasaran.
Keunggulan lain dari pesawat buatan dalam negeri ini juga dirancang untuk bisa lepas landas dan mendarat di landasan pendek. Artinya, pesawat CN235 mampu take off dan landing di landasan pacu non-aspal.
Dikutip dari situs web PT DI, prototipe pertama yang diproduksi CASA bernama "Elena" mengudara lebih dulu pada tanggal 11 November 1983. Kemudian, "Tetuko" terbang sebulan setelahnya, yakni pada 30 Desember 1983