JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo tampak mengenakan setelan jas, sarung dan peci saat menghadiri pengukuhan Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Masa Khidmat 2022-2027 di Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (31/1/2022).
Pakaian tersebut dikenakannya sejak berangkat dari Jakarta pada Senin pagi.
Dilansir dari siaran pers Sekretariat Presiden, Jokowi mengenakan setelan jas dan peci, serta sarung bermotif hijau merah.
Mengenai pemilihan busana yang dikenakannya hari ini, Jokowi sedikit membagi cerita.
Dia mengaku sempat kebingungan sebelum akhirnya memutuskan menggunakan sarung.
Baca juga: Jokowi: Untuk NU Tidak Mungkin Saya Beri Konsesi yang Kecil, Pasti yang Gede
Dirinya mengakui sempat bertanya kepada Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno pada Minggu (30/1/2022) malam.
"Tadi malam saya bingung, saya bertanya ke Pak Mensesneg. Pak Menteri besok pakaian apa?," ujar Jokowi saat membuka pidatonya di acara pengukuhan, sebagaimana ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden.
Jokowi menuturkan, Mensesneg Pratikno lantas memberikan informasi jika anggota NU syuriyah memakai sarung.
Sementara itu, untuk anggota NU tanfidziyah memakai celana panjang.
Adapun dalam struktur kepengurusan NU yang dimaksud dengan syuriyah adalah pimpinan tertinggi. Kemudian tanfidziyah adalah pelaksana.
"Saya sampaikan ke Pak Menteri, saya ikut Syuriyah saja, pakai sarung," tutur Jokowi yang langsung disambut tepuk tangan hadirin.
Presiden kemudian mengucapkan selamat kepada seluruh pengurus PBNU Masa Khidmat Tahun 2022-2027 yang mana berada di bawah kepemimpinan Rais Aam Kyai H Miftachul Akhyar dan ketua umum PBNU Kyai H Yahya Cholil Staquf.
"Terima kasih atas kiprah NU selama ini dalam menjaga NKRI dan dalam menjaga Pancasila. Pandangan hubbul Wathon minal iman juga NKRI harga mati, telah merangkai persatuan dan kesatuan bangsa," jelas Jokowi.
"NU telah terus-menerus mendorong moderasi beragama, bertoleransi dan kebangsaan. NU dapat menunjukkan wajah Islam, menunjukkan wajah Indonesia yang teduh dan ramah di mata dunia dan menunjukkan agama dan budaya yang bersanding saling memperkaya satu sama lain," lanjutnya.
Hal itu menurutnya telah membuat Indonesia menjadi bangsa bersatu dalam keberagaman dan menjadi rujukan bagi bangsa-bangsa lain.
Baca juga: Di Hadapan Jokowi-Maruf, Ketum PBNU Puji Pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan Timur