JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus Covid-19 di Indonesia terus merangkak naik bersamaan dengan meluasnya penularan virus Corona varian Omicron. Puncak kasus diprediksi akan terjadi pada pertengahan Februari hingga Maret 2022.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menekankan diperlukannya upaya pengendalian lonjakan kasus agar fasilitas kesehatan tidak kembali kolaps.
"Jika lonjakan kasus terus terjadi, bisa jadi ini menyebabkan sistem kesehatan Indonesia menjadi kewalahan, karena sebagian dari mereka itu butuh perawatan," kata Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat PDPI, Erlina Burhan, dalam konferensi pers secara virtual, Senin (24/1/2022).
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Perhimpunan Dokter Paru Khawatir Sistem Kesehatan Kewalahan
Ia mengatakan, meski gejala yang ditimbulkan Omicron terkesan lebih ringan, pasien yang memiliki gejala seperti demam dan sesak napas harus memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) terdekat.
"Terutama pada tiga kelompok yaitu lansia, komorbid, dan anak-anak, apalagi kalau lansia dengan komorbid," ucapnya.
Erlina juga menyoroti sejumlah satuan pendidikan atau sekolah yang harus tutup sementara akibat temuan kasus Covid-19 pada peserta didik dan guru.
Dia meminta pemerintah untuk meninjau ulang kebijakan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah. Dia menyarankan, anak-anak usia 6-11 tahun menerapkan pembelajaran secara daring sampai kasus Covid-19 varian Omicron dapat dikendalikan.
"Jangan PTM dulu sampai Covid-19 Omicron ini terkendali, jadi kalau bisa anak PAUD, SD ini ditinjau PTM. Kalau saya (sarankan) sih hybrid atau kalau perlu di rumah saja, daring," ujarnya.
Selain itu, Erlina mengatakan, kebijakan tersebut bisa dilakukan pemerintah mengingat anak usia 6-11 tahun belum banyak mendapatkan vaksinasi Covid-19.
PDPI mengungkapkan gejala yang paling banyak ditemukan pada pasien terinfeksi varian Omicron, khususnya mereka yang di rawat di RSUP Persahabatan.
Gejala yang dikeluhkan pasien Covid-19 Omicron di antaranya adalah batuk kering (63 persen), nyeri tenggorokan (54 persen), pilek 27 persen, sakit kepala (36 persen), nyeri perut, demam (18 persen).
Selain itu, hasil penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa gejala yang paling banyak ditemukan dari pasien Omicron adalah batuk sebanyak (89 persen), kelelahan (65 persen), hidung tersumbat (59 persen), demam (38 persen), mual atau muntah (22 persen), sesak napas (16 persen), diare (11 persen), dan anosmia (8 persen).
Berdasarkan kondisi saat ini, PDPI mendorong dan merekomendasikan tujuh hal sebagai berikut: