Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ishaq Zubaedi Raqib
Mantan Wartawan

Ketua LTN--Infokom dan Publikasi PBNU

NU, Regenerasi dan Suksesi: 100 Tahun Baru Dipimpin 5 Orang

Kompas.com - 10/10/2021, 08:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

"Gus Dur enggak boleh selamanya !"

KH Said Aqil Siradj, terbukti dibekali visi yang memadai terkait masa depan riasah --kepemimpinan di Nahdlatul Ulama (NU).

Catatan akademis dan luasnya pergaulan, memperkaya perspektifnya mengenai kepemimpinan NU dan banom-banomnya (banom, badan otonom -red).

Sebagai indikasi, di tahun-tahun demikian kuatnya pengaruh KH Abdurrahman Wahid --Gus Dur-- di kancah nasional, terlebih di kalangan nahdliyin, Kiai Said yang a new comer, tidak sungkan memberi limitasi atas periode kepemimpinan cucu pendiri NU itu.

Sangat boleh jadi, sikap beraninya itu based on isyarat yang dapat dia tangkap, bahwa semakin lama seseorang memegang kekuasan, apapun itu bentuknya, akan sangat berpengaruh pada organisasi dan pola pandang sang pemimpin atas organisasi yang dipimpinnya.

Sebagai cendekiawan, sangat mungkin ia terpanggil untuk mengingatkan siapa pun yang kelamaan berkuasa, termasuk jika itu terjadi pada Sang Guru.

Selain karena sejumlah kontroversi akibat langkah dan pemikirannya, "warning" Kiai Said atas masa kepemimpinan Gus Gur ini membuat banyak tokoh NU terperangah.

Sebab, belum lama duduk di Syuriyah NU, Kiai Said sudah menyoal konsep Aswaja --Ahlus Sunnah Wal Jama'ah-- hasil ijtihad Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari.

Menurutnya, konsep itu terlalu sederhana meski tetap compatible pada eranya. Tapi, kata Kiai Said, sudah tidak sesuai untuk saat ini. Terlebih dua dekade ke depan.

Karena sikap beraninya menyoal konsep Aswaja versi Hadratus Syaikh tersebut, tak kurang dari 12 ulama NU mendesak PBNU mengeluarkannya dari NU.

Bahkan, karena pandangannya soal Syi'ah, lalu khalifah Usman bin Affan yang dia sebut "pikun" serta langkahnya berceramah di gereja, Kiai Said dicap murtad alias keluar dari Islam.

Tapi, Kiai Said tetaplah Kiai Said yang kadang keras, meradang, melawan, meledak-meledak dan pede abis. Termasuk ketika dia bilang, Gus Dur tidak boleh memimpin selamanya.

Mengingatkan Sang Guru

Memang, siapa pun dia, setinggi apapun ilmunya, sekuat apapun mampu menahan kekuasaan di tangannya, ia harus tetap bersikap bijak dan tidak eksesif. Lebih-lebih jika menghadapi jurnalis.

Pers diakui sebagai pilar keempat demokrasi. Ia bukan pranata sosial biasa. Ia sering jadi pembuka kotak pandoran sosial.

Suaranya meresonansi hingga jangkauan yang sangat jauh. Termasuk ketika jurnalis majalah UMMAT, awal tahun 1999, bertanya kepada Kiai Said soal Gus Dur.

Dengan lugas, Kiai Said membuka "tabu" itu kepada publik. Ia mewanti-wanti soal regenerasi. Semua tahu, Gus Dur "pemilik" NU. Dia jimatnya NU.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi: Kota Masa Depan Harus Ramah Pejalan Kaki, Disabilitas dan Perempuan

Jokowi: Kota Masa Depan Harus Ramah Pejalan Kaki, Disabilitas dan Perempuan

Nasional
Laporan BPK 2021: Ada Data Pensiunan Ganda di Tapera, Saldo Rp 3,3 M Jadi 6,6 M

Laporan BPK 2021: Ada Data Pensiunan Ganda di Tapera, Saldo Rp 3,3 M Jadi 6,6 M

Nasional
Ormas Keagamaan Kelola Tambang: Atur Pertanggungjawaban Kesalahan Pengelolaan

Ormas Keagamaan Kelola Tambang: Atur Pertanggungjawaban Kesalahan Pengelolaan

Nasional
Indonesia Usulkan Makan Siang Gratis jadi Program Satgas Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan

Indonesia Usulkan Makan Siang Gratis jadi Program Satgas Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan

Nasional
Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Laporan BPK 2021: Tapera Tak Kembalikan Uang Ratusan Ribu Peserta Senilai Rp 567 M

Nasional
Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

Nasional
KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik jika Ikuti Putusan MA

Nasional
Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

Nasional
KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

Nasional
Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

Nasional
Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

Nasional
Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

Nasional
Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana dengan Kaesang pada Pilkada Jakarta?

Nasional
[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

Nasional
[POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

[POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com