(Sumber: UMMAT, No. 30 Thn III, 16 Februari 1998 ; DUTA, Sabtu, 12 Januari 1999)
Komitmen soal pentingnya regenerasi di tubuh NU, ia pegang teguh. Bahwa seseorang harus benar-benar memenuhi kualifikasi tertentu untuk duduk di kursi pemimpin, dipegang kuat
Kiai Said. Saat akan maju dalam pemilihan Ketua Umum PBNU bersaing dengan KH A Hasyim Muzadi, Gus Dur mengingatkan dia.
Umur belum cukup, pengalaman belum memadai, penguasaan atas wilayah dan cabang masih samar-samar.
Dan benar. Kiai Said kalah dari Kiai Hasyim Muzadi.
Dari Muktamar ke 30 di Lirboro, Kediri, Jawa Timur, ia mendapat pelajaran berarti. Dengan pengalaman itu pula, Kiai Said tidak terlihat coba-coba ikut di pemilihan Ketua Umum PBNU di Muktamar ke 31 di Boyolali, Jawa Tengah.
Ia membiarkan KH Masdar F Mas'udi masuk gelanggang pemilihan meski akhirnya tetap Kiai Hasyim Muzadi yang memenangi kompetisi itu.
Menyimak Gus Dur, Kiai Said maju di Muktamar ke 32 di Makassar. Dan ia menang, mengalahkan KH Slamet Effendy Yusuf.
Sudah dua periode Kiai Said memimpin NU. Dia benar-benar meninggalkan kontroversi yang pernah mengangkat namanya di pusaran pemikiran di internal NU, satu dekade silam.
Tak ada lagi waktu berdebat soal duapuluh sifat wajib Allah. Tak ada lagi excercise soal pembaruan konsep sebagai mazhab atau manhaj.
Kiai Said konsentrasi membenahi organisasi. Mematangkan kaderisasi dan menargetkan regenerasi sebagai sesuai yang mutlak dilakukan untuk keperluan tour of duty.
Menjelang seabad Nahdlatul Ulama, tidak ada persembahan paling bermakna bagi seorang pemimpin kecuali memastikan tampilnya kader-kader muda potensial.
Para suksesor ini lahir sebagai konsekuensi dari pembenahan organisasi yang dilakukan Kiai Said dalam dua periode kepemimpinannya.
Sungguh sayang, organisasi sebesar NU, dalam usianya yang seabad, baru dipimpin oleh 5 orang Ketua Umum; Hasan Gipo, Idham Chalid, Gus Dur, Hasyim Muzadi dan Said Aqil Siradj.
Kini, di penghujung kepemimpinannya, ia ditagih memenuhi komitmen atas pentingnya segera menyerahkan tongkat estafet.
Persis ketika Gus Dur mempersiapkan banyak nama seperti Achmad Bagdja, Mustafa Zuhad Mugni, Fahmi Saifuddin, Wahid Zaini, Hasyim Muzadi, Muhyiddin Arubusman, M Rozy Munir dan lain-lain.
Bersama nama-nama inilah, dulu nama Kiai Said mulai menjulang. Kini, mereka sudah purna tugas.
Semoga Kiai Said menyukseskan proses suksesi kepemimpinan NU lewat muktamar akhir tahun ini di Lampung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.