Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Tetap Hati-hati Putuskan Kebijakan, Covid-19 Sulit Diprediksi

Kompas.com - 26/08/2021, 14:36 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengatakan, setiap kebijakan dalam penanganan pandemi Covid-19 harus diputuskan secara hati-hati. Sebab, perkembangan penularan Covid-19 sulit diprediksi.

"Tetap harus waspada dan penuh kehati-hatian dalam memutuskan setiap policy yang ada. Karena barang ini sulit diduga, barang ini sulit diprediksi dan penuh dengan ketidakpastian yang namanya Covid-19. Apalagi yang namanya (virus corona) varian delta," ujar Jokowi saat memberikan pengarahan secara virtual pada Sarasehan 100 Ekonom yang ditayangkan YouTube INDEF, Kamis (26/8/2021).

Presiden menuturkan, saat ini semua hal yang berkaitan dengan Covid-19 berimbas kepada kondisi ekonomi. Sehingga dirinya berharap penanganan pandemi yang baik dapat membantu mendorong pemulihan ekononomi.

Sebagaimana, menurut Kepala Negara, kondisi perekonomian Indonesia pada kuartal kedua tahun ini. Menurut Jokowi, saat itu kondisi penularan Covid-19 di Tanah Air mengalami penurunan setelah naik usai libur akhir tahun, dan pada saat yang sama kondisi perekonomian mengalami perbaikan.

Baca juga: Stafsus Presiden: Penyandang Disabilitas Harus Mendapat Prioritas untuk Divaksin Covid-19

"Kita tahu kemarin kuartal kedua, kita berada di angka 7,07 persen (pertumbuhan ekonomi). Dan inflasi berada di angka 1,5 persen. Yang kita harapkan ini juga bisa berlanjut di kuartal yang ketiga," tutur Jokowi.

Namun, Presiden juga mengakui ada potensi pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga tahun ini akan lebih rendah dibandingkan kuartal kedua.

Hal ini dipengaruhi lonjakan kasus Covid-19 akibat varian delta yang menyebabkan aktivitas dan mobilitas masyarakat harus dibatasi.

Dalam kesempatan yang sama, Jokowi juga mengungkapkan, perkembangan kasus harian Covid-19 di Indonesia sudah membaik.

Hal ini menurutnya jika dibandingkan dengan puncak kasus positif harian yang pernah mencapai 56.000 pada Juli 2021.

Baca juga: Jokowi: Tetap Jaga Gas dan Rem, Angka Covid-19 Bisa Dikurangi dan Ekonomi Kembali Pulih

"Alhamdulillah perkembangan kasus harian (Covid-19) di negara kita membaik. Kita ingat, kita di awal Februari kasus harian itu di angka 12.800-an per hari. Kemudian Februari ke Maret, April, Mei, Juni bahkan di 14 Mei itu turun di 2.633," ujarnya.

Tetapi karena adanya varian delta virus corona, angka positif melompat naik.

Jokowi mengungkapkan, pada 5 Juli 2021 angka positif harian mencapai 56.000 kasus.

Saat itu, lanjut dia, tim epidemiolog menyampaikan bahwa jika kenaikaan tidak diwaspaai dan penanganan tidak dilakukan secara cermat kondisi kasus positif harian bisa mencapai 80.000 kasus.

"Kemudian menjadi 160.000 kasus. Kalau itu tak bisa kita hentikan akan naik sampai di atas 400.000. Tapi alhamdulillah setelah berada di titik 50.000 terjadi penurunan," ungkap Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Soal 'Presidential Club', Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Soal "Presidential Club", Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Nasional
Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Nasional
Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Nasional
Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Nasional
Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Nasional
Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com