Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Prediksi Idul Fitri 1442 Hijriah jatuh pada 13 Mei 2021

Kompas.com - 11/05/2021, 16:41 WIB
Kristian Erdianto

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Rabu (12/5/2021) masih masuk dalam bulan Ramadhan. Dengan demikian, Idul Fitri 1442 Hijiriah jatuh pada Kamis (13/5/2021).

Berdasarkan data perhitungan atau hisab hilal BMKG, Selasa (11/5/2021), tinggi hilal berkisar antara -5,61 derajat di Jayapura sampai dengan -4,37 derajat di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Oleh sebab itu, konjungsia atau ijtimak hilal belum terjadi.

"Secara astronomi, tinggi hilal sore hari ini di seluruh Indonesia adalah minus, maka pengamatan hilal tanggal 11 tidak akan nampak hilalnya, sehingga tanggal 12 Mei masih bulan Ramadhan," kata Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu Rahmat Triyono, dikutip dari Antara, Selasa.

Baca juga: Selasa Sore Ini, Kemenag Gelar Sidang Isbat Penetapan Idul Fitri 1442 Hijriah

Rahmat mengatakan, mengacu data hisab hilal pada 12 Mei 2021, tinggi hilal berkisar antara 4,48 derajat di Merauke sampai dengan 6,05 derajat di Sabang.

Pada sore hari atau menjelang magrib, karena tinggi hilal seluruh Indonesia sudah positif, maka kemungkinan besar hilal akan tampak.

"Sehingga setelah matahari tenggelam, tanggal 12 Mei diprediksi sudah memasuki bulan baru," kata Rahmat.

Rahmat menegaskan data tersebut masih bersifat prediksi sesuai hisab hilal dan rukyat.

Sebab, penetapan tanggal 1 Syawal 1442 H adalah kewenangan Menteri Agama, melalui Sidang Isbat pada 11 Mei 2021.

Baca juga: Kemenag: Sidang Isbat Penentuan 1 Syawal 1442 Hijriah Digelar Secara Daring dan Luring

BMKG melakukan rukyat atau pemantauan hilal awal Syawal 1442 Hijriah selama dua hari yakni pada tanggal 11 dan 12 Mei di 29 titik.

Pemantauan dilakukan di antaranya di danau Sentani Papua, Gedung Bupati Sarmi Provinsi Papua, Rooftop Hotel Kriyad Papua, Tugu Christina Ambon, Tower Observatori hilal BMKG Ternate, pantai Wolulu Sulteng.

Kemudian di GTC Makassar, Gedung Rektorat IAIN Sultan Amai Gorontalo, Gedung Observasi Hisab Rukyat Kemenag Sulteng, Rooftop Mega Trade Center Manado, Tower Masjid Balikpapan Islamic Center, Dermaga Kokar NTT, Balkon Hotel Aston Kupang.

Lalu di Tower SMA Astha Hanas Subang, Pantai Tanjung Pasir Tangerang, Mess Pemda Bengkulu, Gedung Kebudayaan Padang, Kantor Stageof Deli Serdang, Kantor BBMKG Wilayah I Medan, hingga Pusat Observatorium Pengamatan Hilal Kemenag Aceh.

Baca juga: Selasa 11 Mei 2021, Kemenag Gelar Sidang Isbat Penetapan 1 Syawal 1442 H

Adapun proses atau mekanisme pengamatan (rukyat hilal) oleh BMKG sebagai pendukung penentuan awal bulan Qomariyah (Hijriah) dimulai tiga jam sebelum matahari terbenam sampai dengan dengan 30 menit setelah bulan terbenam (malam hari setelah maghrib).

Mekanisme ini memanfaatkan teleskop yang dihubungkan dengan komputer dan kamera serta dipadukan dengan teknologi informasi.

Saat pengamatan dilaksanakan, kecerlangan cahaya hilal akan direkam oleh detektor yang dipasang pada teleskop yang secara otomatis mengikuti berubahnya posisi bulan di ufuk Barat.

Dengan teknologi informasi, data langsung dikirim ke server di BMKG Pusat, disimpan dan disebarluaskan kepada masyarakat secara daring ke seluruh dunia melalui http://www.bmkg.go.id/hilal.

Sehingga, masyarakat luas dapat ikut melihat Hilal penentu awal bulan Syawal 1442 H pada hari Selasa, 11 Mei 2021 dan Rabu 12 Mei 2021 pada sore hingga malam hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com