JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, alat screening Covid-19 GeNose bersifat opsional.
Menurutnya, penggunaan GeNose telah diatur dalam perpanjangan Surat Edaran (SE) pelaku perjalanan dalam negeri dan luar negeri.
"Dalam SE disebutkan bahwa khusus moda transportasi kereta api jalur non aglomerasi atau jarak jauh ditambahkan adanya alat screening baru yakni GeNose19," ujar Wiku dikutip dari tayangan di kanal YouTube BNPB, Jumat (29/1/2021).
"Sebagai syarat perjalanan opsional selain PCR atau rapid test antigen," lanjutnya.
Baca juga: Satgas: GeNose Tidak Bisa Gantikan PCR untuk Diagnosis Covid-19
Wiku juga mengungkapkan, GeNose diharapkan dapat menjadi opsi tambahan jika terjadi penumpukan pelaku perjalanan di stasiun kereta api.
Hal ini mengingat hanya perlu waktu singkat bagi alat ini untuk memberikan hasil dengan tingkat akurasi mencapai 93 persen.
Meski demikian, Wiku mengingatkan metode GeNose hanya berfungsi untuk screening atau penyaringan kasus Covid-19.
Dia menegaskan, GeNose tidak bisa menggantikan swab test PCR yang berfungsi mendiagnosis Covid-19.
Baca juga: Epidemiolog Sebut Penggunaan GeNose untuk Tes Covid-19 Terburu-buru dan Tabrak Prosedur
"Perlu diingat bahwa metode genose berfungsi untuk screening dan tidak bisa menggantikan PCR yang berfungsi untuk diagnosis," katanya.
Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, GeNose merupakan alat yang dikembangkan oleh tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) sejak Maret 2020.
Mulai 5 Februari 2021, GeNose akan digunakan sebagai alat untuk mendeteksi Covid-19 di stasiun-stasiun kereta api dan terminal.
Baca juga: Jadi Syarat Naik Kereta, Apa Beda GeNose, Rapid Test, dan Swab?
Alat ini pun telah mendapat izin dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sejak Ppada 24 Desember 2020.
Untuk menggunakan GeNose, seseorang akan diminta mengembuskan napas ke tabung khusus.
Sensor-sensor dalam tabung kemudian mendeteksi Volatile Organic Compound (VoC) dalam embusan napas manusia.
Pola VoC orang sakit dan sehat akan berbeda. Nantinya, data yang diperoleh dari embusan napas diolah dengan bantuan kecerdasan buatan sehingga memunculkan hasil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.