Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KSP: Pandemi Covid-19 Bisa Turun Setelah Mei, dengan Catatan...

Kompas.com - 26/04/2020, 14:35 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Brian Sriprahastuti menyebutkan, puncak pandemi Covid-19 diprediksi terjadi pertengahan Mei dan setelahnya mengalami penurunan

Namun, ada catatan yang harus diperhatikan agar prediksi itu bisa terealisasi.

Catatan yang dimaksud adalah apabila penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berjalan efektif.

Baca juga: Ayah Khabib Nurmagomedov Masuk Rumah Sakit, Diduga Terpapar Covid-19

"Kalau PSBB ini bisa berjalan efektif, harapannya kita maunya secepat mungkin selesai tetapi ada model yang dilakukan. Kemungkinan puncak akan terjadi pertengahan Mei kemudian akan menurun, tetapi ini dengan catatan kalau social distancing efektif," kata Brian dalam acara streaming Crosscheck bertema Resah Daerah Tangkal Wabah, Minggu (26/4/2020).

Artinya, kata dia, kedisiplinan masyarakat harus ditegakan.

Sayangnya, dari hasil studi para ahli, diketahui masih banyak pergerakan orang keluar dari daerah transmisi lokal ke daerah lain.

Begitupun survei Kementerian Perhubungan (Kemnhub) yang menunjukkan pergerakan orang mudik yang justru sudah terjadi sebelum periode penerapan PSBB.

Pergerakan itu berasal dari Jakarta yang menjadi episentrum Covid-19 ke sejumlah daerah.

Baca juga: Menyoal Klaster Ponpes Temboro Magetan, Pengajar Positif Covid-19 Mudik ke Kalimantan hingga Rapid Test Santri Reaktif

"Kita lihat saja kasus terbanyak, perhitungan saya sekitar 60 sampai 70 persen itu terjadi di DKI. Kalau ditambah dengan daerah penyangga Bodetabek, mungkin bisa menjadi 80 persen dari seluruh kasus di Indonesia," kata dia.

Menurut Brian, apabila pergerakan orang tersebut tidak diperhatikan, katanya, maka penyebaran Covid-19 ke daerah lain pun akan kian merata.

Studi lainnya juga menunjukkan bahwa 24 persen orang menyatakan bahwa mereka akan tetap mudik.

Jika hal tersebut terjadi, kata Brian, yang dikhawatirkan adalah saat warga memutuskan untuk mudik bisa menyebarkan penyakit di kampung halamannya atau menularkannya saat kembali lagi ke Jakarta. Kondisi ini bisa membuat kurva yang sudah turun bisa naik lagi.

"Kurva kita kan memang masih naik, tetapi kasus kematian kecepatannya itu sudah mulai menurun," kata dia.

Analisis lain yang menggunakan big data juga menunjukkan, semenjak PSBB dilakukan mobilitas orang terjadi penurunan.

"Artinya ini sebetulnya sebuah pendekatan yang sudah tepat, tinggal pertanyaannya adalah seberapa besar penurunan ini bisa efektif? Itu tergantung dari kedisiplinan orang," kata dia.

Baca juga: Covid-19 Renggut Nyawa Sepasang Anak Kembar Hanya dalam 3 Hari

Hal itu pula, kata dia, yang membuat pemerintah melalui Kemenhub mengeluarkan Permenhub Nomor 25 Tahun 2020 untuk mengendalikan transportasi dan melarang mudik masyarakat.

Mulai 7 Mei 2020, pemerintah juga menerapkan sanksi bagi siapa saja yang melanggar hal tersebut berupa sanksi denda Rp 100 juta dan kurungan selama satu tahun.

"Sekarang masih kita lakukan persuasi, kemudian diperketat lagi, sekarang ada masa persiapan dimana kalau ada pelanggaran orang yang bergerak ini kemudian diminta kembali lagi. Tapi nanti tanggal 7 itu sanksi sudah bisa dilakukan sesuai undang-undang kekarantinaan kesehatan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com