Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinamika Penanganan dan Stok Obat Menjadi Kendala Atasi Covid-19

Kompas.com - 21/04/2020, 17:06 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Eva Sri Diana menyebutkan bahwa tenaga medis memang mengalami kesulitan saat wabah Covid-19.

Salah satu alasannya adalah belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan virus corona tersebut.

Belum lama ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah meluncurkan informatorium obat yang digunakan untuk pengobatan Covid-19. Obat membantu untuk mengatasi gejala yang muncul.

Namun, hal itu juga dinilai belum banyak membantu karena dinamika yang muncul dalam menghadapi virus corona.

Baca juga: Data Sebaran 7.153 Kasus Covid-19 di Indonesia, DKI Jakarta Tertinggi

Salah satu contoh dinamika yang terjadi adalah protokol penanganan yang bisa berubah dalam pengobatan Covid-19.

"Karena obatnya belum ada, maka baik BPOM maupun asosiasi kedokteran akan terus berkejaran dengan wabah ini, apalagi protokol penanganannya bisa berubah setiap saat," ujar Eva dikutip dari siaran pers, Selasa (21/4/2020).

Eva mencontohkan soal chloroquine yang semula tidak digunakan untuk pengobatan virus corona.

Namun, kata dia, setelah itu obat tersebut boleh digunakan untuk terapi kasus-kasus berat. Kemudian, ada perubahan sehingga chloroquine bisa digunakan untuk kasus ringan.

"Perubahan-perubahan ini disebabkan karena kita tidak memiliki obat-obat yang sesuai standard WHO," kata dia.

Baca juga: 2,3 Juta Orang Terinfeksi, Ini Kabar Terbaru soal Pengembangan Vaksin dan Obat Covid-19

BPOM telah meluncurkan informatorium obat Covid-19 yang dilakukan saat focus group discussion virtual bersama 170 orang peserta yang berasal dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Informatorium merupakan kumpulan referensi berbagai obat yang telah dilakukan uji klinis untuk terapi virus corona di berbagai negara. Antara lain di China, Jepang, Singapura, dan Amerika.

Informasi dalam informatorium tersebut idealnya disusun berdasarkan manajemen terapi yang dipublikasikan PDPI, termasuk pedoman global dari WHO.

Eva pun berharap agar BPOM bisa mendorong pemerintah untuk menjamin ketersediaan obat-obatan Covid-19.

Dengan demikian, kehadiran informatorium itu bisa dimanfaatkan optimal.

"Ini karena di lapangan sangat langka dan bahkan kosong. Percuma juga informatorium ini dibuat namun obatnya sendiri tidak ada," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatian

Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatian

Nasional
Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Nasional
Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Nasional
Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Nasional
Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Nasional
Momen Jokowi Sambut para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Momen Jokowi Sambut para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Nasional
Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Nasional
Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Nasional
Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Nasional
Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

Nasional
Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

Nasional
Harkitnas 2024, Jokowi: Mari Bersama Bangkitkan Nasionalisme

Harkitnas 2024, Jokowi: Mari Bersama Bangkitkan Nasionalisme

Nasional
Revisi UU Penyiaran: Demokrasi di Ujung Tanduk

Revisi UU Penyiaran: Demokrasi di Ujung Tanduk

Nasional
Gugat KPK, Sekjen DPR Protes Penyitaan Tas 'Montblanc' Isi Uang Tunai dan Sepeda 'Yeti'

Gugat KPK, Sekjen DPR Protes Penyitaan Tas "Montblanc" Isi Uang Tunai dan Sepeda "Yeti"

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com