Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stafsus Menteri BUMN: Indonesia Kaya Plasma Nutfah, Mestinya Tak Impor Bahan Obat

Kompas.com - 19/04/2020, 15:18 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menilai, semestinya impor bahan obat oleh Indonesia tak setinggi sekarang karena ada banyak stok plasma nutfah di hutan dalam negeri.

Ia mengatakan, saat ini impor bahan baku obat serta alat kesehatan ke Indonesia mencapai di atas 90 persen. Menurut dia, hal itu tak semestinya terjadi.

"Dalam hal bahan baku obat dengan banyaknya plasma nutfah di Indonesia ini bahan bakunya banyak banget. Harusnya enggak terjadi impor bahan baku. Kalau ada cuma dikitlah. Tapi kalau sampai 90 persen kan menyedihkan," kata dia dalam sebuah diskusi virtual, Minggu (19/4/2020).

Baca juga: Anggota Komisi VI DPR Minta Proses Impor Alat Kesehatan Transparan

Ia mengatakan, saat ini impor tetap tinggi lantaran ada pihak yang tak ingin Indonesia bisa memproduksi bahan baku obat dan alat kesehatan sendiri.

Sebab, jika Indonesia bisa memprpduksi sendiri, mereka yang manfaatkan kuota impor akan kehilangan keuntungan.

Ia juga mengatakan, saat ini Kementerian BUMN telah menyusun sebuah unit terpadu yang terdiri dari sejumlah BUMN yakni Bio Farma, Indofarma, dan Kimia Farma, untuk menyiapkan produksi bahan baku obat, obat, serta alat kesehatan di dalam negeri.

Nantinya, produksi bahan baku obat serta obat jadi akan dilakukan secara terpadu oleh Bio Farma dan Kimia Farma.

Adapun untuk alat kesehatan akan dilakukan Indo Farma serta BUMN lainnya.

Ia yakin cara tersebut akan menghilangkan para pemburu rente yang biasa memanfaatkan kuota impor bahan baku obat dan alat-alat kesehatan.

"Kita kemarin ngobrol sama UI, ITB, dan selainnya. Ternyata murah banget ventilatornya (buatan mereka). Walaupun itu bukan untuk ICU ya. Itu untuk yang sesak sedikit, tetapi artinya bisa," ujar Arya.

"Kalau berhasi langsung kita produksi bareng. Demikian juga untuk obat, Bio Farma diminta untuk memperkecil impor luar negerinya. Dengan kita produksi dalam negeri, yang biasanya main trader hilang," kata dia.

Baca juga: Stafsus Menteri BUMN Sebut Ada Pihak yang Paksa Indonesia Tetap Impor Alat Kesehatan

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, saat ini mayoritas bahan baku untuk obat-obatan dan alat kesehatan yang beredar di Indonesia masih impor.

Mantan bos klub sepak bola Inter Milan ini mengaku prihatin terhadap kondisi tersebut.

“Mohon maaf kalau saya bicara ini, sangat menyedihkan kalau negara sebesar Indonesia ini, 90 persen bahan baku dari luar negeri untuk industri obat. Sama juga alat kesehatan, mayoritas dari luar negeri,” ujar Erick selepas meninjau RS Pertamina Jaya, Kamis (16/4/2020).

Menurut Erick, mewabahnya virus corona di Indonesia harus dijadikan cambukan untuk mengubah hal tersebut.

Baca juga: Erick Thohir: Ada Mafia Besar yang Buat Bangsa Kita Sibuk Impor Alkes

Dengan demikian, nantinya bangsa Indonesia tak akan lagi tergantung dengan negara lain.

“Saya mohon maaf kalau menyinggung beberapa pihak. Janganlah negara kita yang besar ini selalu terjebak praktik-praktik yang kotor, sehingga alat kesehatan mesti impor, bahan baku mesti impor,” kata Erick.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com