PURWOKERTO, KOMPAS.com - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman mengungkit soal kotak suara kardus yang sempat menjadi polemik jelang pemungutan suara pemilu, April 2019 lalu.
Arief bercerita, kala itu, dirinya dijuluki sebagai penemu kotak suara kardus karena baru pada tahun 2019 lah pemilu di seluruh daerah menggunakan kotak suara berbahan kardus atau karton kedap air.
Hal ini disampaikan Arief dalam rapat kerja kesiapan pilkada dengan KPU Jawa Tengah, Jumat (29/11/2019).
Baca juga: Lebih Hemat Anggaran, Tito Karnavian Dorong Dukcapil dan KPU Lakukan Kajian e-Voting
"Saya waktu itu digodai, digoda dan dijuluki, penemu kotak kardus," kata Arief disambut tawa peserta rapat yang hadir.
Arief mengklaim, meskipun menuai polemik, kotak suara kardus yang dibuat oleh KPU lebih baik ketimbang kotak suara berbahan aluminium.
Bahkan, jika dibandingkan dengan kotak suara di negara-negara lain, kotak suara kardus yang digunakan di Indonesia berbahan lebih tebal.
Di Meksiko dan Taiwan, kotak suara pemilu berbahan kardus yang lebih tipis.
"Tapi nggak pakai ribut di sana. Di sana pemilunya tenang-tenang dan semua dipercaya," ujar Arief.
Baca juga: Mendagri Dorong KPU Lakukan Kajian E-Voting, Apa Itu?
Arief mengatakan, dirinya sebenarnya ingin kotak suara yang digunakan di pemilu dibuat menyerupai brankas. Desain seperti ini dinilai Arief paling aman.
"Jadi pakai (kode) kombinasi gitu. Jadi kalau mau ngitung (suara) dibawa ke PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) harus menemukan kombinasinya dulu," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.