BOGOR, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyinggung topik kompromi dan konsensus dalam pidato kontemplasi di kediamannya, Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Senin (9/9/2019).
Awalnya, SBY menekankan bahwa politik di Indonesia harus baik sesuai karakteristik bangsa Indonesia yang majemuk.
"Esensinya ke depan, politik kita harus makin menjadi politik yang baik bagi bangsa yang majemuk, yang juga menganut sistem demokrasi multipartai," ujar SBY.
Politik ke depan pun harus semakin guyub, inklusif dan teduh.
Baca juga: Demokrat Tetap Merapat ke Jokowi Meski Tak Masuk Kabinet
Ia melanjutkan, demokrasi Indonesia ke depan juga tidak mesti selalu diwarnai dan diselesaikan lewat prinsip one person one vote.
Setelah momen inilah, SBY menyinggung bahwa kompromi dan konsensus bukan hal yang buruk untuk dijalankan.
"Ada semangat yang lain. Kompromi dan konsensus yang adil dan membangun bukanlah jalan dan cara yang buruk," ujar SBY.
Presiden ke-6 RI ini lalu menyoroti kalimat winner take all yang sering muncul usai perhelatan pesta demokrasi.
Menurut dia, hal tersebut tidak cocok dengan karakteristik Indonesia yang majemuk.
"Prinsip the winner take all yang ekstrem, seringkali tidak cocok dengan semangat kekeluargaan dan keterwakilan bagi masyarakat dan bangsa yang majemuk," ujar SBY.