Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Banyak Kepala Daerah Ditangkap KPK, Peran Parpol Jadi Sorotan

Kompas.com - 04/09/2019, 14:30 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi XI DPR Johnny G Plate mengatakan, masih banyaknya kepala daerah yang terjaring dalam operasi tangkap tangan penyidik KPK menunjukkan masih kurangnya aspek pencegahan korupsi di Indonesia.

Pernyataan ini diungkapkan menyusul ditangkapnya Bupati Bengkayang serta Bupati Muara Enim oleh KPK selama dua hari kemarin.

"OTT makin banyak menggambarkan masih banyak korupsi. Masih banyak korupsi menggambarkan masih kurangnya pencegahan korupsi," kata Johnny di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (4/9/2019).

Baca juga: Ditangkap KPK, Bupati Bengkayang Punya Kekayaan Rp 3 Miliar

Johnny berpendapat, sistem pencegahan korupsi di Indonesia belum benar. Oleh karena itu, diperlukan banyak perbaikan.

Salah satu hal mendasar yang mesti diperbaiki ke depan ialah pencegahan akar praktik korupsi dari level partai politik.

Menurut Johnny, parpol memiliki peran penting untuk menyeleksi kader dan memastikan yang diusung menjadi kepala daerah bukan kader yang punya potensi untuk korupsi.

"Jangan hanya menjadi slogan yang indah didengar tapi enggak konsisten dalam sikapnya," kata Johnny.

Baca juga: Kasus Bupati Muara Enim, dari OTT hingga Sandi Lima Kosong-Kosong...

Diberitakan, penyidik KPK menangkap lima orang dalam operasi tangkap tangan (OTT) yang berlangsung di Kalimantan Barat, Selasa (3/9/2019).

Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, salah satu orang yang ditangkap ialah Bupati Bengkayang Suryadman Gidot.

"Lima orang (ditangkap) termasuk bupati," kata Febri kepada wartawan, Rabu (4/9/2019).

Satu hari sebelumnya, Senin (2/9/2019), KPK juga menggelar OTT di wilayah Palembang dan Muara Enim, Sumatera Selatan.

Baca juga: Sosok Bupati Muara Enim Ahmad Yani, Berharta Rp 4,7 Miliar dan Pernah Ikrar Anti Korupsi

Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan mengatakan, tim KPK mengamankan dan membawa empat orang ke Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, salah satunya Bupati Muara Enim Ahmad Yani.

"Kami duga, terdapat transaksi antara pihak pejabat pemkab dan swasta terkait proyek pembangunan di sana. Empat orang tersebut dari unsur kepala daerah, pejabat pengadaan, dan rekanan swasta," kata Basaria dalam keterangan tertulis, Selasa (3/9/2019). 

 

Kompas TV Komisi Pemberantasan Korupsi melakukan operasi tangkap tangan sejumlah pejabat di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan Senin (2/9/2019) malam. OTT yang dilakukan KPK diduga terkait suap proyek di Kabupaten Muara Enim. Sejumlah pejabat di lingkungan Kabupaten Muara Enim diduga ikut diperiksa serta seorang pengusaha. Pantauan di lapangan KPK sudah melakukan penyegelan di ruangan gedung Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Muara Enim. Terkait nama pejabat yang terjaring operasi tangkap tangan menunggu konfirmasi dari KPK. #KPK #BupatiMuaraEnim
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com