Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moeldoko Soroti Media Asing yang Sembrono Menulis soal Papua

Kompas.com - 02/09/2019, 14:12 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko menegaskan, media asing yang mengatakan enam orang warga tewas dalam kerusuhan di Papua, adalah informasi hoaks.

Moeldoko menyayangkan berita hoaks tersebut bisa ditayangkan oleh media asing yang dikenal memiliki reputasi yang baik.

"Seperti kemarin (muncul berita) enam orang sipil diberondong oleh polisi dan TNI. Itu di New York Times ngomong begitu, terus Reuters ngomong begitu. Kan enggak bener gitu," ujar Moeldoko saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Senin (2/9/2019).

"Setelah saya konfirmasi, saya ngomong, baru mereka meralat. Nah, ini media-media sebesar itu masih sembrono. Jadi banyak lagi media sosial yang hoaks-hoaks seperti itu. Yang berita tadi itu perlu dikonfirmasi lagi," lanjut dia.

Baca juga: Polisi Identifikasi 3 Akun Diduga Pembuat Hoaks soal Papua dan Puluhan Buzzer

Sebagai Kepala KSP, Moeldoko pun akan terus membantu pemerintah mempertahankan narasi soal situasi Papua yang berangsur aman.

"Saya membantu dalam konteks membangun komunikasi yang konstruktif menuju kondisi yang stabil. Karena sekarang ini situasi diperburuk oleh berita-berita hoaks, berita enggak bener," lanjut dia.

Sebelumnya beredar berita, terdapat enam warga yang tewas saat kerusuhan di wilayah Deiyai, Papua.

Baca juga: Polda Papua Berencana Panggil Jubir KNPB Terkait Hoaks 6 Warga Sipil Tewas di Deiyai

Terkait itu, Polda Papua berencana memeriksa Juru Bicara Komite Nasional Papua Barat (KNPB) wilayah Deiyai, Agus Mote terkait penyebaran informasi itu.

"Itu rencana Polda Papua akan panggil (Agus Mote) nanti," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat (30/8/2019).

Meski demikian, polisi belum melayangkan surat panggilan. Surat tersebut akan dikirim pada Senin ini. 

 

Kompas TV Polisi menyebut ada dugaan keterlibatan kelompok jaringan internasional dalam penyebaran berita bohong dan provokasi yang memicu kerusuhan di Papua. Polisi meyakini berita hoaks terkait papua hanya untuk memperburuk situasi di Papua dan Papua Barat. Polri bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri dan jaringan intelijen untuk mengungkap jaringan penyebar hoaks tentang kerusuhan Papua. #Papua #JaringanInternasional #HoaksPapua
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

Nasional
KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com