Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua MPR Sebaiknya Tak Lagi Punya Ambisi Maju Pilpres 2024

Kompas.com - 30/07/2019, 16:44 WIB
Ardito Ramadhan,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kursi ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat periode 2019-2024 dinilai harus diisi oleh tokoh-tokoh politik negarawan yang sudah tidak lagi mengutamakan kepentingan politiknya.

Direktur Pusat Kajian Pancasila dan Konstitusi Universitas Jember Bayu Dwi Anggoro menyatakan, ketua MPR mendatang sebaiknya bukan elite politik yang mengincar jabatan presiden atau wakil presiden pada Pemilu 2024.

"Siapa pun ketua MPR perspektifnya adalah dia figur yang tidak lagi punya ambisi untuk bicara 2024 apalagi sejak awal akan deklarasi ingin maju menjadi presiden dan wakil presiden di 2024," kata Bayu dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (30/7/2019).

Baca juga: ICW Minta KPK Monitor Dinamika Pemilihan Ketua MPR

Bayu berpendapat, ketua MPR yang masih memiliki kepentingan politik akan menggunakan kewenangannya sebagai ketua MPR untuk memuluskan jalannya menjadi presiden atau wakil presiden.

Di samping itu, kata Bayu, seorang ketua MPR mestinya juga menjadi penengah. Menurut dia, ketua MPR harus bisa menjembatani perbedaan yang ada di tengah elite-elite partai politik.

"Boleh elite politik panas, boleh parpol-parpol panas tapi dia harus selalu tampil ke muka untuk selalu mengingatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan-kepentingan politiknya," ujar Bayu.

Bayu menyampaikan, sejarah pun mencatat bahwa kursi ketua MPR banyak diisi oleh tokoh-tokoh negarawan, misalnya Abdul Haris Nasution, Idham Chalid, hingga Taufik Kiemas.

Baca juga: Dinilai Seksi, Kursi Ketua MPR Jadi Kunci Berlaga pada Pilpres 2024

Seperti diketahui, kursi ketua MPR diperebutkan oleh sejumlah partai politik di Senayan. Partai-partai yang telah menyatakan tertarik mengisi kursi ketua MPR antara lain Partai Gerindra, Golkar, dan Partai Kebangkitan Bangsa.

Bayu juga menilai, kursi ketua MPR merupakan modal bagi tokoh politik untuk berlaga pada Pilpres 2024 mendatang sehingga ramai diperebutkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com